Tuesday, February 16, 2016

Mendua

Hari ke Tujuh Belas. Surat ke Sepuluh.

Teruntuk : Dia. Yang tak ingin kusebut siapa namanya.

Hujan hari ini hanya datang sesekali bahkan hanya dua kali dia turun sebentar. Hanya sekedar menyapa umat manusia yang bersyukur hujan tak turun di hari ini. Jadi mereka bisa saling memberi janji kepada orang-orang tercinta, untuk bisa saling bertemu. Tidak banyak butir hujan yang dibawanya hari ini. Namun, udara di luar sana dingin. Sedingin udara di malam itu. Kini pikiranku hanya di hantui oleh hal yang siapapun merasakannya, bisa merasakan kepercayaan yang dibangun dengan segala kerendahan hati, hancur dengan begitu saja.


Aku mencintaimu tanpa menilai sebuah kekurangan yang kau miliki merupakan hal yang harus dipermasalahkan. Aku menerimamu sebagai karunia, bukan sebatas pelengkap sejenak untuk mewarnai sedikit dari hidupku. Tapi kau telah mewarnai kanvas hatiku dengan penuh coretan warna-warni. Aku terikat oleh tatapan mata teduh dan tajam yang kau miliki. Kau menatapku seakan-akan mata itu memberiku sebuah arti yang berharga bagiku. Aku menganggap semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginan hatiku yang paling dalam. Semua terasa sangat indah kemarin.

Hingga malam itu, aku tahu sesuatu. Di hari itulah aku merasa semua kepercayaan dan semua rasa cinta yang selama ini susah payah aku tanam, tumbang. Hancur. Dan butuh waktu lama untuk mengembalikan itu semua. Air mataku menuntut untuk turun terus-menerus sepanjang malam. Tapi hatiku yang tak menginginkan air mata itu jatuh sia-sia untuk seseorang yang hanya dipenuhi makna kias belaka. Aku tak tahu sejak kapan dia mulai bermain skenario lain dengan perempuan itu. Brengsek. Pantaskah aku memanggilmu itu?

Salahkah seorang perempuan ini selalu menjaga hatinya yang mudah hancur untuk orang yang dengan mudah malah menghancurkannya? Mungkin, Tuhan ingin aku mengerti bahwa cinta bisa kapan saja datang dan pergi. Cinta bisa membuatmu bahagia atau malah sebaliknya. Februari merupakan bulan yang begitu manis. Tapi, Februari ini aku merasa ada yang tak seharusnya terjadi. Memang, ada saatnya manusia tahu sesuatu dan manusia tidak tahu sesuatu. Dan baru saja, aku mengetahui hal yang seharusnya aku tidak tahu.

Kalau aku tidak tahu, lalu apa jadinya akhir kisah cintaku bersamanya?

Ingatlah, seseorang bisa dengan mudah datang kepadamu dan bisa membuat sebuah kisah baru yang menyenangkan bagimu. Tapi kau perlu tahu, dia hanya seorang tamu. Yang kapan saja bisa datang kemudian keluar dari hidupmu tanpa permisi. Pergi dan Menghilang.

Dari Megan,
Yang selalu memberimu kesempatan.

No comments:

Post a Comment