Monday, February 29, 2016

Diakhiri dengan Terima Kasih

Hari ke Tiga Puluh. Surat ke Dua Puluh.
Hari Terakhir.

Buat : Pembaca setia surat cintaku yang membacanya bersama hujan.

Hai.
Bolehkah aku sedikit bersedih hari ini? Wajar 'kan? Hari ini adalah hari terakhir pelaksaan #30HariMenulisSuratCinta. Tak terasa sudah 30 hari sejak 31 Januari lalu hingga sekarang, 29 Februari. Bukanlah waktu yang singkat. Setiap hari menulis surat cinta dan menyebarkan cinta lewat untaian kata yang tersurat disini. Tak ada lelahnya aku memberi informasi kepada social media tentang alamat blog agar surat cinta yang kutulis dengan sempurna tersampaikan. Hingga suatu hari, kuberanikan diri untuk bicara padanya tentang rutinitasku yang baru; menulis surat cinta.

"Sebenarnya aku sering baca blogmu, Megan." Sebuah jawaban yang cukup untuk meringankan beban dibenakku.
"Terima kasih. Aku tidak menyangka ternyata kau membacanya." Aku baru menyadari bahwa dia sering membacanya. Membaca dalam diam. Ternyata dia adalah salah satu dari ratusan viewers yang bisa kulihat dari rekam data blogger. Terima kasih kau juga menjadi salah satu penikmat surat cintaku selama ini. Kau tahu sendiri 'kan? 10 hari aku absen menulis surat cinta. Kau bisa melihatnya lewat awalan surat cintaku yang selalu menuliskan hari ke-berapa dan surat ke-berapa.

 Perlu kau ketahui, tak semua surat cinta memiliki tujuan kepada siapa. Mungkin bisa tertuju pada sesuatu yang abstrak dan tak semua orang yang membacanya dapat merasakan hal yang sama dengan si penulis. Tak semua cinta bisa sampai kepada orang yang dituju. Hanya waktu yang dapat membuktikan kekuatan cinta yang mampu membuat seseorang yang dilandanya bisa mabuk kepayang, menari-nari bahagia dan bahkan bisa jungkir balik kegirangan. Cinta mampu membuat seseorang yang rapuh dapat kembali merangkai hatinya yang tak karuan. Sudahkah kau merasakan kekuatan cinta? Jika belum, mungkin waktu enggan menjawabnya sekarang. Ingatlah pada kata-kata yang sering ku lontarkan :
"Cinta akan menunjukkan kekuatannya pada orang yang memercayai kekuatan cinta tersebut. Cinta tahu kemana dia akan kembali pulang."

Lewat surat yang kutulis pada hari terakhir #30HariMenulisSuratCinta, aku ingin kau mengerti, tanpa adanya seorang pembaca bagi penulis, tak akan ada apa-apanya. Jika ada sebuah surat cinta tanpa pembaca, itu berarti penulis itu belum bisa memberikan nyawa bagi surat cintanya. Jadi, aku ingin berterima kasih atas kesetiaan kalian dalam membaca surat cinta dariku. Semoga, ditahun depan, kalian masih tetap bisa menikmati surat cinta dariku. Oh iya! Terima kasih hujan, berkat kedatanganmu setiap hari, aku bisa merasakan cinta lewat setiap dentingan butir hujan yang turun tanpa bisa dibendung. Jangan selalu menyalahkan hujan. Merekalah inspirasiku. Selamat jatuh cinta setiap hari! Tumbuhkan rasa cinta kepada siapa saja dalam harimu, kawan. =) Sekali lagi, Terima kasih dan sampai jumpa!

Salam penuh cinta,
Megan, Penulis cinta untukmu.

Sunday, February 28, 2016

Terima Kasih Tukang Pos!

Hari ke Dua Puluh Sembilan. Surat ke Sembilan Belas.

Buat : mas @catatansiDoy_

Hai, mas tukang pos. Apa kabar? Sebelum aku menuliskan surat cintaku, boleh kah aku mengenalkan diriku terlebih dahulu? Aku ini orang Solo, Mas. Namaku Megan. Kau mungkin sudah tahu terlebih dahulu tentang namaku. Karena disetiap akhir surat cintaku, aku selalu membubuhkan namaku disana sebagai pengirim. Setiap hari aku menulis surat cintaku diblog kemudian meng-copy link blog milikku, lalu me-mention kan link tersebut kepada akun twittermu. Hal itu menjadi sebuah kebiasaan rutin yang sekarang malah menjadi hobi. Aku menemukan hobi baru sekarang.

Beberapa menit kemudian setelah aku me-mention link blog padamu, ponselku mengeluarkan suara pertanda ada pemberitahuan baru. Ternyata ada mention darimu, Mas. Terima kasih sudah me-retweet link blogku setiap hari. Karenamu, sekarang blogku menjadi sedikit ramai akan viewers dan bahkan aku sudah mempunyai pembaca setia yang selalu membaca blogku. Aku tidak tahu dimana gerangan kamu berada, mas. Tapi, aku tetap bisa merasakan keberadaanmu walaupun #30HariMenulisSuratCinta akan berlalu. Tidak terasa sudah hampir 30 hari aku berinteraksi singkat denganmu. Walaupun hanya sebatas mention antara penulis surat cinta dengan tukang pos, tapi semua itu bisa menumbuhkan rasa bersemangat dalam hati untuk menulis surat cinta setiap hari.

Karenamu juga, surat cinta yang kutulis diblog, akhirnya bisa direpost di http://30harimenulissuratcinta.poscinta.com/ =) Kau tahu apa yang kurasakan, Mas? Aku senang sekali. Setidaknya, surat cintaku yang ku tulis di blogku, sudah tersampaikan dengan lancar. Syukurlah, aku bertemu denganmu. Matur nuwun, Mas.
Aku tidak tahu menahu dirimu itu siapa, Mas. Di lintang-bujur mana kamu berdiri sekarang. Tapi, aku merasa kau adalah orang yang bisa menerima orang lain dengan mudah. Terima kasih sudah dengan setia membaca semua surat cintaku selama 30 hari ini. Waktu yang begitu singkat, ya? Terima kasih atas kesempatan yang sudah kau berikan kepada 4 surat cintaku kemarin. Mereka berhasil lolos dan di muat di website pusat. Semoga Tuhan akan mempertemukan kita pada #30HariMenulisSuratCinta di tahun depan. Disaat aku sudah kuliah. Doakan aku ya, Mas! Mungkin kita akan bertemu, bertatap muka secara langsung dan saling mengobrol ngalor-ngidul. Suatu hari nanti.

Salam,
Megan, penulis surat cinta.

Saturday, February 27, 2016

Menunggu Upacara Kelulusan

Hari ke Dua Puluh Delapan. Surat ke Delapan Belas.

Buat : Yang tercinta, Teman-teman angkatan 6 SMA Alfirdaus.

Hei, jangan bosan-bosan mendengar permintaan maafku karena aku tidak bisa menulis kemarin. Kemarin sore, aku menyempatkan waktuku untuk berkumpul bersama teman-teman di sebuah kafe yang biasanya kami sebut sebagai wedangan. Tawa kami pecah dan kurasa kitalah yang membuat kafe itu semakin ramai. Itulah yang membuatku tak bisa menulis surat kemarin. Aku ingin menggunakan waktu yang singkat itu bersama mereka. Karena aku tahu betul, setelah melepaskan masa putih-abuabu nanti, berkumpul bersama menjadi hal yang mustahil.

"Kita" di Upacara Pembukaan Tahun Pelajaran Baru.
Tak terasa, pertemanan kita sudah berumur 6 tahun. Sejak dihari itu, kita masih menggunakan seragam putih-biru dongker. Di lapangan sekolah kita yang baru, pertama kali kita bertemu. Kita belum saling mengenal satu sama lain. Lirikan tajam seperti hal yang biasa didapatkan anak baru seperti kita. Setelah hari itu, kehidupan baru dimulai. Hari demi hari silih berganti, dan sungguh tak terasa sudah 6 tahun berjalan dan kini kita berada di penghujung masa SMA. Sebentar lagi, perpisahan akan datang. Tak ada yang ingin sebuah perpisahan itu hadir dan memisahkan satu sama lain. Berpikirlah bahwa tak ada yang namanya perpisahan. Yang ada hanyalah sudah tiba saatnya kita berjalan ke arah masing-masing dan merangkai masa depan. Kini sudah saatnya bagi anak-anak perempuan menyiapkan kebaya yang akan dipakai ketika Upacara Kelulusan. Entah siapa yang akan menjadi perwakilan angkatan untuk berpidato di podium. Berbicara di depan seluruh tamu undangan Upacara Kelulusan.

Tapi, momentum yang paling dekat adalah Ujian Nasional. Sebentar lagi. Kurang lebih 36 hari lagi. Gunakan waktu itu sebaik mungkin, kawan. Kita tidak hanya memikirkan Ujian Nasional saja, tapi mau melangkah kemana setelah lulus ini. Pikirkan matang-matang, kawan. Jika sudah lulus nanti, aku tidak akan pernah melupakan kalian, walaupun ketika kuliah akan banyak orang yang datang dan membawa cerita yang baru, namun cerita bersama kalian akan menjadi cerita yang tak pernah usang sampai kapanpun. Masalah demi masalah kita hadapi bersama dan kita menguatkan satu sama lain. Itulah yang menguatkan kita; Masalah.

Kuatkan dirimu, kawan. Bersiaplah untuk hidup yang lebih keras diluar sana. Jangan lupakan tentang kegilaan yang kita alami selama masa SMA. Buatlah dirimu menjadi seseorang yang hebat setelah ini, berikan sebuah kebanggan atas pertemanan kita selama ini. Terima kasih sudah membuatku sadar betapa berharganya sebuah persahabatan dan rasa kekeluargaan selama ini. Kita memang berjumlah sedikit, tapi dibalik jumlah sedikit itu, aku merasa ada kekeluargaan yang sangatlah erat dan tak akan lekang oleh perubahan zaman. 6 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Jaga dirimu baik-baik, jangan pernah jauh dari Tuhan. Tanpa Tuhan, kita tak akan bisa setegar ini. Jagalah cinta yang kalian punya, seperti kalian menjaga sebuah persahabatan. Maka, bersiaplah!

Salam hangat,
Dari : Megan, orang teraneh di antara kita.

Thursday, February 25, 2016

Catatan Buat Sahabat

Hari ke Dua Puluh Enam. Surat ke Tujuh Belas.

Teruntuk : Wiwik. Perempuan yang Selalu Mencinta.

Apa kabar, Wiwik? Masihkah kau dibelenggu oleh dongeng cinta semusim milikmu? Cepatlah keluar dari belenggu itu, Wik. Sudah lelah mata ini melihatmu dibelenggu oleh tali-tali kebimbangan abstrak yang menempel di dirimu. Tapi, jangan memintaku untuk berhenti melihatmu seperti ini. Aku tak sanggup memalingkan mukaku dari masalah dan berpura-pura tidak melihatmu saat kau sedang dalam badai (baca : Masalah). Karena, kau sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri.

Ingatkah kau pada bulan terakhir di tahun lalu? Kau ada disana saat aku sudah menangis seperti orang yang kehilangan akal. Aku baru saja kehilangan cintaku yang sudah ku tanam di taman hatiku. Dan kau ada disana, menyaksikan semuanya.
Ingatkah kau pada beberapa bulan lalu, tepatnya suatu malam disebuah gelora olahraga di tengah kota sana, kita masuk ke dalam kerumunan remaja yang menonton konser? Dan kau masih bersamanya saat itu. Aku tahu, cinta yang kau tumbuhkan itu bukanlah cinta yang biasanya orang miliki. Maka dari itu, bertahanlah selagi kau mampu bertahan. Memaafkan bukan berarti kita menjadi remeh.

 Kita memiliki kerumitan yang berbeda di masalah masing-masing, Wik. Tapi, kita memiliki kesamaan. Kau tahu itu apa 'kan? Kita sama-sama berjuang dalam dongeng cinta yang kita miliki. Perjuanganmu berbeda denganku. Hanya saja, perbuatan kita sama-sama berjudul Perjuangan. Diantara kita berdua, kurasa kau yang lebih mampu menunjukkan rasa cinta kepada orang yang kau cintai. Aku ini siapa sih, Wik? Aku hanya seseorang yang terkadang tidak peduli dengan keadaan sekitar. Berkat kehadiranmu, aku mampu belajar banyak hal darimu.
Kesabaran. Itulah pembelajaran yang mampu aku serap darimu. Dari setiap nasihatmu, saranmu. Makasih ya, Wik. Terima kasih atas segala saran-saranmu yang tak pernah kuhapus dari list chat di ponselku.
Segeralah menjadi dewasa untuk dirimu sendiri, Wik. Percayalah, aku ada disampingmu saat kau merasa dirimu didatangi rasa bimbang lagi. Kau harus percaya dengan kekuatan cinta yang ada disekitarmu. Rasakan keberadaan mereka. Kau mampu merasakannya, Wik!

Dari : Megan, orang yang kau panggil Mengan saat hari pertama masuk SMP.

Wednesday, February 24, 2016

Mencinta dengan Jarak

Hari ke Dua Puluh Lima. Surat ke Enam Belas.

Buat : Joey Anung, yang akan menjadi dokter untukku.

Hei, sampai sejauh mana usahamu menuju cita-cita yang ingin kau tuju? Sering kulihat disaat kau diam hanya menatap layar laptop yang memunculkan banyak tulisan disana. Dahimu berkerut menandakan ada hal yang ingin kau cari. Ketika kutengok apa yang kau lihat, rupanya kau sedang mencari universitas yang cocok denganmu. "Aku mau masuk kedokteran disini. Doakan ya, sayang." Itulah kata-kata yang sering sekali aku dengar dari bibir tipisnya seraya menunjuk logo kampus yang ingin dia tuju.
Aku tahu, kau ingin mendaftarkan dirimu di kampus yang berada diluar kota. Aku menjawabnya dengan membelai punggung tangannya yang jauh lebih besar dari pada tanganku seraya menatap kedua matamu yang menjadi tempatku melepas rindu. Kulihat ada keinginan yang teramat kuat dibalik tatapan matanya yang mampu menghunus hatiku hingga ke dasar perasaanku. Tatapan itulah yang membuatku akhirnya menjawab ya.

 Aku tak dapat membayangkan, apa jadinya diriku bila kita tidak berada dalam satu regional. Lalu, aku harus apa? Menitikkan air mataku pun tak dapat membuat langkahmu terhenti. Sudahlah, berikan dia kepercayaan. Hanya itu yang mampu ku lakukan untuk membuat diriku tidak dihampiri pikiran-pikiran yang bisa menjadi bumerang bagiku.

Mendoakanmu. Itulah yang dapat kulakukan untukmu, sayangku. Kita sama-sama mengerti, menjadi seorang dokter bukanlah hal yang mudah. Sebentar lagi kita akan terpaut jarak yang jauh, sayang. Kuberikan potongan hati yang kupunya hanya untukmu. Jagalah. Karena, menurutku kau ada di dunia ini hanya untukku. Semoga pikiranku itu benar, sayang. Beberapa tahun lagi, kau akan disapa dengan sapaan Pak Dokter. Maka, bersiaplah, jo.
Kejarlah mimpimu. Karena mimpi yang ada sejak kau masih ingusan sebentar lagi akan kau jalani.
Sejauh apapun kau berada, aku tetap mencintaimu. Kita memang sama-sama tidak menyukai jarak, tapi aku harus tetap mencintaimu dengan jarak yang Tuhan berikan.

Salam,
Megan, yang mencintaimu.

Tuesday, February 23, 2016

Laki-Laki dalam Perlombaan

Hari ke Dua Puluh Empat. Surat ke Lima Belas.

Buat : Laki-laki yang kutemui ketika Lomba.

Hai? Apa kabarmu? Tak terasa, ternyata sudah 1 tahun berlalu sejak kita bertemu dihari itu. Saat itu, aku sedang mengikuti olimpiade yang diselenggarakan oleh Diknas Kotaku. Aku tak menyangka aku bertemu dengan dia, untuk yang ke sekian kali. Aku sama sekali tak tahu namanya. Tapi, aku mengenali wajahnya yang tak asing bagiku. Baru ku ingat, ternyata aku sudah pernah bertemu dia sebelumnya di lomba yang sudah lama ku ikuti. Dengan jas hitam almamater yang dikenakannya, dia duduk di lantai sekolahan yang menjadi tempat eksekusi soal-soal olimpiade. Lewat itulah aku dapat mengenalinya. Aku pun menggunakan jas almamater sekolahku yang menjadi identitasku di olimpiade. Tak kusangka, dia juga sempat menatapku disaat aku memasang raut muka kaget. Kuharap dia juga mempunyai pikiran yang sama denganku.

Aku tahu dari mana asal sekolahmu. Tapi, aku rasa agak gila jika tiba-tiba aku datang memperkenalkan diriku, bicara bahwa aku pernah mengenalimu di olimpiade. Gila? Tidak. Aku tidak mungkin melakukan itu. Mungkin itu semua hanya kebetulan yang Tuhan berikan kepada umatnya.  Kau dan aku sama-sama memperjuangkan nama sekolah dengan mengikuti olimpiade ekonomi. Tempat duduk kita tak jauh. Aku ingat, ditengah-tengah aku mengerjakan soal olimpiade satu per satu, aku sempat memerhatikan dirimu sedang mengerjakan soal juga. Walaupun hanya sebatas melihat punggungmu saja, itu sudah cukup membuatku senang. Bukannya cinta, namun aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh.

Hari ini, mungkin kau juga sedang berjuang mempersiapkan Ujian Nasional yang sebentar lagi datang, kuharap kau mendapatkan apa yang kau mau. Aku yakin kita pasti seumuran. Sekolahmu dan sekolahku berada di satu wilayah, jadi, sebenarnya kita merupakan lawan untuk memperebutkan rangking antar sekolah. Tapi, itu tak membuatku ingin berhenti untuk mengenalmu. Terkadang suatu kebetulan yang Tuhan berikan, mampu merubah keadaan yang tak mampu kita ubah sendiri.
Entah dimana kau berada sekarang, ku harap kau baik-baik saja. Beberapa bulan lagi kita masuk ke bangku perkuliahan, mungkinkah kita akan bertemu lagi?

Salam kenal,
Dari Megan, yang saat olimpiade ekonomi, satu ruangan denganmu.

Sunday, February 21, 2016

Permintaanku.

Hari ke Dua Puluh Dua. Surat ke Empat Belas.

Hidupku sudah berumur selama kurang lebih 6.496 hari. Selama itulah Tuhan selalu memberiku kesempatan. Kesempatan untuk apapun yang akan terjadi di hidupku. Banyak sekali pelajaran yang Tuhan beri kepada gadis ini. Aku tahu, Kau-lah Yang Maha Mengetahui semua yang ada di dalam otak dan hatiku. Namun, selama 6.496 hari ku hidup, terkadang aku tidak menggunakan kesempatan yang Kau beri kepadaku. Maafkan aku, Tuhan.

Banyak hal yang ingin ku minta kepada-Mu, Tapi, aku tahu aku hanyalah seorang umat yang banyak dosa. Maka, bantulah hambamu ini yang ingin selalu berdekatan dengan-Mu, Tuhan. Terima kasih Engkau memberiku orang-orang yang begitu mencintaiku.

Berikan aku jalan yang mudah untuk mencapai cita-cita ku yang ku dambakan.
Engkau-lah Yang Maha Memberi jalan kepada umatmu yang ingin berubah. Selama ini Kau banyak memberiku pelajaran yang sangat bisa membuat hatiku berjingkrak bahagia, membuat diriku tertampar dengan begitu kerasnya dan bisa membuat jantungku berdebar-debar ketakutan. Aku yakin tanpa se-izin-Mu, semua itu tak akan bisa terjadi. Maka, tetaplah ada di sampingku, Tuhan. Tanpa-Mu, aku tak akan mampu bisa setegar ini. Aku yakin, Kau tak akan memberi cobaan melebihi kekuatan hamba-Mu.

Bantulah aku untuk selalu beribadah dengan taat kepada-Mu, Tuhan.
Aku hanya ingin selalu berdekatan dengan-Mu. Tak salah 'kan? Tidak ada umat yang ingin menjauh dari-Mu. Yang ada hanyalah hambamu yang dengan sendirinya menjauh dari-Mu. Aku tak ingin, Tuhan. Maafkan segala kesalahanku yang selama ini aku timbun di hidupku. Aku sadar aku banyak salah, Tuhan. Tapi, aku tahu Kau Maha Memaafkan hamba-hamba-Mu yang ingin membenahi kesalahannya. Bantulah aku untuk selalu berbuat benar sesuai dengan aturan yang Kau berikan kepada umat-umat-Mu.

Berikanlah aku pertolonganmu saat aku dalam situasi yang genting, berikanlah aku kekuatan hati untuk menghadapi segala cobaanmu yang datang tanpa terduga. Engkaulah Yang Maha Mendengar doa hamba-hambamu. Aku tahu, petunjukmu datang tidak secara langsung, melainkan datang secara perlahan namun pasti. Yang terakhir, Kabulkan lah semua doaku yang baik-baik.

Untuk : Yang Memberiku Hidup.
Dari : Megan, hambamu yang masih terus berusaha untuk dekat dengan-Mu.

Saturday, February 20, 2016

Salam Cinta dari Siluet

Hari ke Dua Puluh Satu. Surat ke Dua Belas.

Teruntuk : Kamu, yang menjadi bayangan dihidupku.

Hitam. Berada tepat di belakang bayangan. Bergerak kemanapun kau beranjak. Itulah aku. Yang berusaha mengikuti aliran darahmu yang tak sesuai dengan aliran darahku. Bukannya memaksa, tapi aku ingin berusaha mencari celah dirimu yang bisa kususupi. Hatimu. Itulah tempat yang bisa kususupi dengan sedikit rasa cinta dariku. Tapi, terkadang hatimu menolaknya. Tak apa. Aku ini hanyalah siluet yang biasanya kau pikir aku tak pernah ada, padahal diriku selalu ada didekatmu.

Kau adalah bayangan. Selalu ada bagiku, namun abstrak dan tak dapat ku genggam. Semakin aku berlari mengejarmu, kau selalu ada di depanku dan tak pernah ada di sampingku. Dan aku adalah siluetmu. Selalu nyata, namun tak pernah kau sadari kehadirannya. Perasaan lelah mengikuti alurmu yang begitu berbeda denganku, membuatku ingin mundur beberapa langkah dan kemudian berhenti mengikutimu. Toh, kalau aku pergi, tak merubah apapun 'kan? Aku begitu mencintaimu sampai aku tak peduli dengan jeritan hati kecilku yang terus saja meronta kelelahan. Suara hatiku itu tak mampu meruntuhkan dinding tebal yang ku bangun bersama kepercayaan dan cinta selama ini. Kubangun dinding tebal itu hanya untuk menjaga arusmu yang deras. Menjaga cinta dan kepercayaan kita berdua.
Tapi ternyata, dirimu lah yang menghancurkan dinding yang ku buat sendiri.

Bersama surat cinta ini, aku ingin mengucapkan salam cinta kepadamu, Bayangan. Aku ini hanya siluet. Tapi tanpa kehadiran siluet, tak akan ada bayangan yang tercipta dengan sempurna. Ketahuilah, rasa cinta yang ada bersama siluet tak berharga ini masih tersedia. Ruang kosong bagimu juga masih luas. Akan ada ruang dan kesempatan bagi seseorang yang ingin datang. Kita sama-sama tahu, kita berdua tercipta dari secercah sinar. Tanpa sinar, kita berdua tak akan pernah ada. Lalu, bolehkah aku mengibaratkan sinar itu adalah cinta? Karena, tanpa cinta tak akan ada sebuah titik temu yang dapat menyatukan aliran yang berbeda dari diri kita berdua.

Percayalah, cinta akan mempertemukan kita pada sebuah kesepakatan.

Salam,
Dari Megan, Siluet Abadimu.

Friday, February 19, 2016

Senja di Langit Kita

Hari ke Dua Puluh. Surat ke Dua Belas.

Tak terasa dua puluh hari sudah aku menulis surat cinta. Namun, aku sudah 8 kali absen tidak menulis karena terkadang aku sakit, terlalu sibuk mengikuti les, dan bahkan lupa akan menulis surat cinta. Kuharap 10 hari kedepan, aku bisa selalu menulis surat cinta. Semoga.

Hujan tak mampir hari ini. Hari ini cerah sekali disini. Diriku terasa hidup karena mentariku kali ini tidak tertutup awan hitam. Aku senang melihat langit begitu biru dan membuat siapa saja yang memandangnya menjadi penuh dengan rasa bersyukur. Tuhan, terima kasih hari ini kau mengurung hujan bersamamu diatas sana. Tapi, jangan biarkan hujan tak pernah turun, karena kami terkadang merasa panas dan rindu kedatangan hujan.
Senja kali ini memang cerah, tapi hatiku terasa ada awan hitam yang tengah bergemuruh hebat di dalam sana. Berkali-kali aku mencoba membuat otakku memerintahkan hatiku untuk memberhentikan badainya, tapi aku tak sanggup. Mungkin hatiku ingin berhenti, tapi dia hanya belum siap.

Kini, kau dan aku terpisah jarak yang semakin dekat, namun peraturanmu yang membuatku merasa jauh darimu. Kau dan aku sedang dalam uji coba ketahanan cinta yang pada umumnya anak-anak muda seumuran kita sudah terbang jauh ke arah masing-masing. Tapi, aku berusaha untuk slalu terbang mengikuti kemanapun arahmu ingin pergi. Kita layaknya sepasang burung gereja yang terbang bersama di senja hari ini. Mereka saling menguatkan, tapi terbang sendiri-sendiri. Itulah takdir.

Aku hanya merindukanmu. Aku hanya bisa memandang senja di langit. Karena aku yakin, kau disana juga memandang senja yang sama. Menjelajahi langit yang sama dengan kedua matamu yang teduh. Namun, bedanya, kali ini aku melihat langit senja bersama sedikit air mata yang tergenang di pelupuk mataku. Aku tak tahu bagaimana caranya memberhentikan badai didalam hatiku. Aku ingin hatiku seperti langit senja ini. Cerah dan bersih dari awan hitam yang gemar membelenggu kebahagiaan.

Pandanglah langit diatas sana, Jo.
Bisakah kau merasakan senja sepertiku?

Buat : Jo, yang sedang mengikuti kegiatan, disana.

Thursday, February 18, 2016

Kepada Mentariku

Hari ke Sembilan Belas. Surat ke Sebelas.

Kepada : Mentariku.

Hei, Mentari. Bolehkah aku memanggilmu mentari? Aku tak tahu apakah hanya aku yang merasakan kehangatanmu di tengah Februari yang penuh dengan hujan ini. Apa teman-teman tidak merasakan kehatangan yang kau pancarkan?
Kulitmu tidak terlalu hitam, namun tidak terlalu putih pula. Bentuk matamu mirip dengan mata orang pada umumnya. Terkadang, Tuhan dengan Kreatifitasnya Yang Maha Agung membuat bentuk mata orang dengan ciri khas masing-masing. Aku sering menemui orang yang bermata seperti kacang almond. Kau tau, 'kan? Tapi, Mentariku tidak. Bentuk matanya sama dengan orang kebanyakan, tapi pandanganmulah  yang membuat aku ingin berlama-lama menatap bayangan diriku yang tergambar jelas di kilau matamu. Jemarimu tidak menggambarkan sifat laki-laki yang biasanya keras, kaku, dan misterius. Tapi, bagiku kau adalah laki-laki yang bisa menghargai perasaan perempuan dan mampu menjadikan kehadiran perempuan adalah hal yang harus di jaga. Bukan hanya dinikmati.

Mentari, aku mengenal mu sejak dulu. Dulu, lama sekali. Aku dulu mengenalmu sebagai murid laki-laki yang aneh dan pendiam di kelas. Tapi, keadaan merubahmu, Mentari. Kini, kau menjelma menjadi seorang lelaki yang bisa diandalkan dan pastinya sekarang kau tumbuh tinggi lebih tinggi dariku. Entahlah, Mentari. Aku merasa semuanya kini begitu jauh.

Kau ingin tahu mengapa aku memanggilmu Mentari? Karena setiap orang yang ada di dekatmu merasa kau orang yang penuh kehangatan. Ibarat matahari di angkasa, bumi memang jauh dari matahari, namun bumi tetap bisa merasakan kehangatan matahari. Seperti mentari disaat pagi hari. Menyapaku dengan kehangatan yang mampu meluluhkan hati yang keras, kaku, dan dingin. Itulah aku. Aku meleleh karena kehangatanmu, Mentari. Aku suka bermandikan sinar mentari pagi, begitu hangat dan diriku terasa hidup. Dulunya aku adalah orang yang berhati kaku dan dingin. Tapi, Mentari datang dengan kehangatannya yang begitu ramah dan lembut. Kenyamanan yang kau ciptakan seakan-akan membuat mereka ingin mengajakmu berkumpul bersama di pojok koridor lantai 3. Dan aku, hanya melihatmu dari tempatku duduk bersama teman-teman.

Kini, kau dan aku tak sedekat dulu. Kau dan aku saling mengerti isi hati satu sama lain. Sejujurnya, kau menjadi bagian hatiku beberapa waktu yang lalu. Tapi, aku memutuskan untuk memilih jalanku sendiri dan berjalan menjauh darimu. Tapi, kini saat aku sudah jauh darimu, ada rasa penyesalan yang terbesit di dasar hatiku. Dan aku mencoba untuk tidak peduli. 

Mungkin, ini saatnya aku untuk menjalani musim dingin tanpamu, Mentari. Oh iya, apakah kau bisa menyinariku lagi?
Tenanglah, Mentari. Aku akan tetap berjalan menjauh dari tempatmu berdiri.

Dari Megan, yang merindukan kehangatan yang kau pancarkan untukku.

Tuesday, February 16, 2016

Mendua

Hari ke Tujuh Belas. Surat ke Sepuluh.

Teruntuk : Dia. Yang tak ingin kusebut siapa namanya.

Hujan hari ini hanya datang sesekali bahkan hanya dua kali dia turun sebentar. Hanya sekedar menyapa umat manusia yang bersyukur hujan tak turun di hari ini. Jadi mereka bisa saling memberi janji kepada orang-orang tercinta, untuk bisa saling bertemu. Tidak banyak butir hujan yang dibawanya hari ini. Namun, udara di luar sana dingin. Sedingin udara di malam itu. Kini pikiranku hanya di hantui oleh hal yang siapapun merasakannya, bisa merasakan kepercayaan yang dibangun dengan segala kerendahan hati, hancur dengan begitu saja.


Aku mencintaimu tanpa menilai sebuah kekurangan yang kau miliki merupakan hal yang harus dipermasalahkan. Aku menerimamu sebagai karunia, bukan sebatas pelengkap sejenak untuk mewarnai sedikit dari hidupku. Tapi kau telah mewarnai kanvas hatiku dengan penuh coretan warna-warni. Aku terikat oleh tatapan mata teduh dan tajam yang kau miliki. Kau menatapku seakan-akan mata itu memberiku sebuah arti yang berharga bagiku. Aku menganggap semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginan hatiku yang paling dalam. Semua terasa sangat indah kemarin.

Hingga malam itu, aku tahu sesuatu. Di hari itulah aku merasa semua kepercayaan dan semua rasa cinta yang selama ini susah payah aku tanam, tumbang. Hancur. Dan butuh waktu lama untuk mengembalikan itu semua. Air mataku menuntut untuk turun terus-menerus sepanjang malam. Tapi hatiku yang tak menginginkan air mata itu jatuh sia-sia untuk seseorang yang hanya dipenuhi makna kias belaka. Aku tak tahu sejak kapan dia mulai bermain skenario lain dengan perempuan itu. Brengsek. Pantaskah aku memanggilmu itu?

Salahkah seorang perempuan ini selalu menjaga hatinya yang mudah hancur untuk orang yang dengan mudah malah menghancurkannya? Mungkin, Tuhan ingin aku mengerti bahwa cinta bisa kapan saja datang dan pergi. Cinta bisa membuatmu bahagia atau malah sebaliknya. Februari merupakan bulan yang begitu manis. Tapi, Februari ini aku merasa ada yang tak seharusnya terjadi. Memang, ada saatnya manusia tahu sesuatu dan manusia tidak tahu sesuatu. Dan baru saja, aku mengetahui hal yang seharusnya aku tidak tahu.

Kalau aku tidak tahu, lalu apa jadinya akhir kisah cintaku bersamanya?

Ingatlah, seseorang bisa dengan mudah datang kepadamu dan bisa membuat sebuah kisah baru yang menyenangkan bagimu. Tapi kau perlu tahu, dia hanya seorang tamu. Yang kapan saja bisa datang kemudian keluar dari hidupmu tanpa permisi. Pergi dan Menghilang.

Dari Megan,
Yang selalu memberimu kesempatan.

Monday, February 15, 2016

Lebih Baik Begini

Hari ke Enam Belas. Surat ke Sembilan.

Dina? Hai sahabatku. Tidak terasa 6 tahun sudah aku mengenalmu, sejak kau masih menggunakan sepeda saat berangkat ke sekolah dan sekarang keadaan membuatmu lebih mengenal dunia. Kau tumbuh menjadi gadis yang selalu saja kurus. Dulu, saat aku pertama kali mengenalmu, aku hanya berbicara pada diriku sendiri, "Betapa kurusnya anak itu." Begitu kata hatiku saat itu. Haha. Tapi walaupun sekarang dunia sudah lebih tua 6 tahun sejak aku mengenalmu, itu tak mampu untuk merubah pertemanan kita, Din.

Tadinya, bagiku 15 Februari ini bukanlah tanggal yang asing bagiku. Namun aku tak tahu menahu sesungguhnya 15 Februari itu hari apa. Baru ku sadari tadi pagi, ternyata (seharusnya) hari ini adalah hari bahagiamu. Bersama dia, yang ingin ku sebut namanya. Percayalah, Din. Keadaan akan lebih baik setelah ini. Sekarang kitalah yang menentukan kemana cinta kita akan berlabuh kepada siapa. Seseorang yang baru ataupun orang yang kembali dari kepergiannya. Itu semua ada di sana, di hatimu. Aku sebagai sahabatmu hanya bisa memberimu dorongan dan motivasi agar dirimu bisa kuat setegar lagu-lagu galau yang sering kau dengar menggunakan pengeras suara.

Jika kau memutuskan keputusanmu untuk sendiri terlebih dahulu, kupikir kau lebih baik begini.

Buat Dina, yang 1 tahun lalu sangat bahagia di hari ini.
Dari Megan, yang turut senang mendengar kabar darimu tentang hari ini di 1 tahun yang lalu.

Sunday, February 14, 2016

yang Selalu Membuatku Merasa Rindu

Hari ke Lima Belas. Surat ke Tujuh.

Hai. Maaf aku baru saja bisa menulis surat untukmu, Indonesia. 2 hari yang lalu aku disibukkan oleh rutinitas anak kelas 3 SMA yang berada di ujung masa-masa putih abu-abuku. Sehingga, saat aku dirumah, aku sudah berada di waktu lebih dari 6 petang. Sekali lagi, maaf.

Untuk : yang tercinta, Indonesia. Tanah Airku.

Apa kabar, Indonesia? Kuharap dirimu tak pernah lelah melihat fenomena di negeri ini. 17 tahun sudah aku mengenalmu. 17 tahun ini aku berdiri di atas bumi pertiwi; Indonesia. Dan ku sadari aku belum bisa memberi sesuatu yang bisa mengharumkan namamu di luar sana. Maafkan aku, Indonesia. Aku lahir dan besar di Indonesia. Namamu sudah tertera di surat kelahiranku sejak hari dimana aku hadir di dunia ini. Indonesia menjadi hal terpenting di dalam hidupku, identitasku dan pastinya menjadi tempat kemana aku pulang.

Kemanapun dan sejauh apapun aku pergi di negeri orang nanti, kau selalu menjadi tempat terbaik untuk kembali pulang. Dan setiap orang yang bertanya kepadaku tentang dari mana asalku, aku akan menjawab, "Saya dari Indonesia."
 Karena kau memberiku sebuah perasaan sangat ingin bertemu, yang biasanya orang sebut dengan Kerinduan. Kata seorang guru geografi yang ku kenal, dirimu selalu saja di katakan sebuah negara berkembang. Lalu kapan Indonesia menjadi negara maju? Semoga saat masa ku nanti, kau akan berubah menjadi negara maju. Agar anak-anak dimasa depan nanti mengenal Indonesia sebagai negara maju di Asia Tenggara.

Bagiku, Indonesia memiliki banyak sekali pemandangan yang bisa membuat kita lupa akan kronisnya penyakit yang diidap oleh negeri ini. Sekarang, dirimu sebenarnya sedang sakit parah. Banyak kekacauan yang datang silih berganti seiring perjuanganmu untuk tetap bertahan. Apa selamanya kau akan terus begini? Tidak! Tidak selamanya kau akan seperti ini, Indonesia. Ini tugasku sebagai generasi muda yang akan bertanggung jawab di masa depanmu. Jika ada orang pintar di negeri ini, hargai mereka. Hargai setiap pikiran mereka yang ditujukan untuk merubahmu, Indonesia. Aku hanya ingin kau tau, Namamu begitu besar diluar sana. Banyak orang asing yang ingin mengunjungi tempat-tempat wisata yang kau miliki.

Apapun yang terjadi, kau akan tetap menjadi sesuatu yang membuatku ingin segera pulang. Kaulah yang ku sebut kampung halamanku. Kau sudah melihatku tumbuh hingga sekarang, 17 tahun.
Lalu, bolehkah kau kusebut sebagai sesuatu yang membuatku merasa rindu?

Dari : Megan. yang ingin suatu saat nanti berkeliling Indonesia!

Thursday, February 11, 2016

Selamat Ulang Tahun, Logan!

Hari ke Dua Belas. Surat ke Enam.

Aku sudah enam kali absen dalam menulis surat. Selalu saja tidak sempat.
Maaf ya.

20 tahun yang lalu, tepatnya hari ini, Ibuku akhirnya melahirkan seorang anak yang 9 bulan 10 hari telah di rawatnya di dalam rahim. Hanya berbatas dinding rahim saja ibuku dan anak itu tidak bisa bertemu. Namun, Ibuku merawatnya dengan sepenuh hati. Karena anak itu adalah buah hati pertama nya dengan Ayahku. 11 Februari 1996. Di Solo. Kakak ku lahir.

Logen, kini sudah bulat 20 tahun usiamu. Sudah berkepala dua rupanya. Waktu 20 tahun itu, aku sudah mengenalmu selama 18 tahun. Tanggal lahirmu sama dengan tanggal lahirku. Namamu mirip denganku. Itu karena bapak dulu pernah kerja di Amerika-- begitu sebutanku sewaktu aku kecil ketika ayahku masih bekerja disana.

Diumurmu yang sudah 20 tahun ini, banyak sekali cerita yang sudah di lalui kita berdua. Kita pernah merasakan dimarahi Ibu karena kita sering bertengkar kecil dan akhirnya akulah yang menangis. Bahkan, saat aku SMP kau pernah memukul seorang kakak kelasku karena dia mengganguku. Banyak sekali kenangan ku bersamamu!

Tapi, ketika kini aku sudah SMA dan kau sudah sibuk dengan kerjaan kuliahmu, serasa ada tembok yang dengan alami tumbuh membatasi kita berdua. Kini, kita saling sudah menemukan cinta masing-masing. Aku harap kau tetap menyayangiku seperti dulu, ketika aku masih berambut mangkok.

Selamat ulang tahun, Logan.

Untuk Logan, yang selalu saja meminjam motorku.
Dari Megan, Adikmu.

Wednesday, February 10, 2016

Hujan, Awan dan Kenangan

Hari ke Sebelas. Surat ke Lima.
Apa kabar kenangan? Sekian lama kau tertidur nyenyak di dalam bagian pikiranku yang lama tak ku sentuh. Kau sudah berdebu ya? Maaf, bukannya aku tak mencintaimu. Tetapi, aku tak ingin mengganggu tidurmu yg lelap dan sedang bermimpi indah di antara kenangan-kenangan ku yang abadi.

Apa kabar hujan? Akhir-akhir ini kau sering turun bersama angin yang dengan kejam berhembus menebarkan hawa dingin kepadaku. Tak tahu kah kau rasanya kedinginan? Kau selalu mengajarkanku untuk tak takut jatuh meski harus berkali-kali. Mengajarkanku untuk (tidak) selalu merenungi kenangan yang sudah lama tak ku sentuh. Namun, aku selalu terdiam saat hujan. Duduk bersandar pada besi pembatas yang berada di ujung koridor lantai 3 sekolah. Melihat orang-orang saling menjauh darimu, Hujan. Mereka hanya takut kedinginan dan basah. Sudah, jangan menyalahkan dirimu.

Kau datang bersama awan mendung yang bagi orang-orang biasa menjadi penanda agar mereka segera pulang. kata mereka hujan akan segera turun. Awan mendung tak melulu berbicara tentang hujan. Awan tak selalu mendung. Seperti hati, sedih namun tak berarti harus menangis. Awan selalu bergerak mengikuti kemana sang angin meniupkan arah kepadanya. Terapung-apung di langit yang tiada batas. Disanalah titik-titik hujan terbentuk. Disanalah kebahagiaan muncul. 

Hujan dan awan mengingatkanku pada kenangan-kenangan yang lama tak kusapa. Begitu baik nya dirimu hujan dan awan. Kau membuatku ingat pada sesuatu yang dulu ku sebut cinta. Awan lah yang membentuk hujan. Menyimpan butir-butir hujan yang menjadi berkah bagi umat manusia.

Awan, simpanlah hujan baik-baik hingga aku tiba di tempat yang ku tuju.
Hujan, tolong berikan mereka kesempatan untuk merenungi kenangan usang yang lama tak mereka sapa. Biarkan kenangan tetap tinggal bersemayam di kalbu mereka.

Untuk Hujan, yang turun begitu deras di sore ini.
Dari Megan, Penggemar bau hujan.

Monday, February 8, 2016

Teruntuk Lampion

Hari ke Sembilan. Surat ke Lima.

Selamat Tahun Baru Cina! Gong Xi Fat Choi!

Sapaan itu sangat marak di ucapkan oleh orang-orang di social media dan televisi. Di Solo, tepatnya di Pasar Gede, ada lampion-lampion yang digantung di sepanjang jalan menuju Pasar Gede. Banyak orang yang merasakan euforia Imlek dengan berfoto ria di Pasar Gede. Kebiasaan setiap Imlek itu menjadi rutinitas tahunan di Kotaku. Solo. Aku jadi teringat akan beberapa tahun yang lalu, aku pernah kesana bersama seseorang. Di siang hari yang lumayan terik, dengan berkendara sepeda motornya, aku dan dia berkeliling kota kesayangan kami berdua, Solo. Melihat lampion merah, ada pula lampion biru yang tergantung di antara pilar-pilar yang berdiri kokoh di pinggir jalan.

"Mau foto disini dulu?" Tanya nya. Aku hanya menggeleng.
"Lebih bagus jika malam. Aku kesini sama teman-temanku saja, nanti malam."
Dia hanya mengangguk. Paham dengan apa yang ku maksud. Aku tahu pasti hatinya kecewa karena aku tak mau berfoto disana. Tapi mau bagaimana lagi?

Tahun ini, aku tak berkunjung kesana. Aku tak sempat berfoto-foto ria. Teramat banyak pasangan-pasangan muda yang saling bergandengan dan kemudian berfoto bersama. Sambil cekikikan mereka melihat hasil foto miliknya. Sepertinya mereka bahagia. Begitu kata hati kecilku. Andaikan saja saat itu aku mau berfoto dengannya, mungkin sekarang aku ada kenangan berfoto disana. Bersamanya.

Mungkin tahun depan, aku akan kesana. Bersama orang yang berbeda. Bersama pendatang baru di hidupku. Joey adalah jawabnya.

Teruntuk : Lampion di Pasar Gede
Dari Megan, yang tahun ini tidak kesana.

Sunday, February 7, 2016

Pesonamu

Hari ke Delapan. Surat ke Empat.

Hei. Aku sangat mengagumimu. Melihatmu berlaga dalam salah satu film Sci-fi (Science Fiction) yang diadopsi dari buku karangan karya Veronica Roth. Kau tahu apa buku yang ku maksud? Ya, Divergent Series. Dalam buku tersebut menceritakan tentang peraturan sebuah negara yang mana warganya harus memilih 1 dari 5 pilihan fraksi yang ada. 5 fraksi itu adalah Dauntless, Abnegation, Amity, Erudite, dan Candor. Di dalam film ini ada tokoh utama yang bernama Tris yang di perankan oleh Shailene Woodley. Seorang perempuan berparas cantik yang akhirnya memilih Dauntless sebagai fraksinya. Ketika dia ada di Dauntless, Tris bertemu dengan pria yang sangat baik. Four. Namanya. Tokoh Four di perankan oleh Theo James. Theo James. Namanya begitu hangat di dengar.

Aku mengagumi Theo James. Ketika melihatnya berakting di film yang juga menjadi favoritku, aku merasa tak ada artis hollywood yang bisa menyaingi parasnya. Matanya yang begitu redup namun tajam itu terasa bagaikan panah cinta yang begitu saja menusuk hatiku. Bentuk badan proporsional miliknya itu yang membuatku merasa ingin yang bersandar di dadanya yang bidang. Mungkin aku akan merasa aman jika aku ada disana. Tangan yang terlihat begitu kuat itu yang menumbuhkan rasa penasaran ingin merabanya walau sekejap saja.

Aku pernah melihatnya di internet ketika Theo James memakai setelan jas saat dia datang di Premiere Divergent Series : Allegiant. Tampan. Satu kata itu yang cukup menggambarkan parasnya.

Theo, kapan aku bisa bertemu secara langsung?
Aku sangat menyukaimu.

Teruntuk : Theo James.
Dari  Megan, yang diam-diam menyimpan gambarmu di ponselnya.

Friday, February 5, 2016

(Masih) Terasa Kehadiranmu

Hari ke Tujuh. Surat ke Tiga.

Prolog : Hei, maafkan aku. Aku selalu saja tidak bisa menyempatkan waktu untuk menulis secarik kertas setiap hari. Aku sudah berada di bangku kelas 3 SMA sekarang. Bahkan, terkadang aku tak mempunyai waktu yang cukup untuk sekedar leyeh-leyeh di depan layar televisi sembari bermain ponsel yang tercantol Wifi. Jadi, maafkan aku.

Akhir-akhir ini hujan selalu turun sepanjang hari. Membawakan rasa yang sedikit mengguncang hati ketika melihat tetesan air hujan jatuh dan jatuh hingga membuat genangan keruh di lapangan sekolah. Banyak orang yang menyukai hujan karena banyak hal yang membuat mereka sedikit lebih tenang. Adapula orang atau bahkan makhluk hidup lainnya yang tak menyukai hujan, karena hujan membuat mereka harus berjuang mempertahakan nyawa mereka. Begitu pula mereka.

Mereka adalah hewan bertelinga panjang dengan makanan kesukaan mereka berupa wortel. Kalian tahu apa mereka bukan? Iya, mereka adalah kelinci. Aku memelihara mereka sejak tahun lalu. Melihat tingkah mereka yang begitu menggemaskan setiap hari, membuat rasa kasih sayang tumbuh begitu saja di dalam hatiku. Bahkan hingga ke dasar hatiku.

Namun, ketika suatu saat Tuhan lebih menyayangi mereka dari pada aku, mereka pergi meninggalkanku. Untuk selamanya. Hati mana yang tak hancur ketika melihat mereka yang kau sayangi pergi? Setelah merawat dengan sepenuh hati dan tak meminta balasan apapun, memberi makan disaat mereka sudah mulai mendekatiku, menjaganya ketika mereka sedang asyik mencari rumput, melihat mereka meloncat bahagia dan berlari-lari kecil..... ternyata Tuhan ingin segera mereka bahagia-- di Surga.
Berlarian di surga sana pasti enak ya, Kimmy?
Di surga kamu merasa hangat sekali kan, Pumpkin?
Kamu di surga tidak akan pernah sakit ya, Benny?

Percayalah, aku selalu menyayangi kalian semua. Aku yakin Tuhan selalu memberikan hal yang terbaik untuk mereka. Hingga sekarang aku masih terbayang-bayang sosok menggemaskan yang membuatku ingin segera pulang.

Tuhan, tolong jaga mereka. Berikan mereka hamparan rumput luas agar mereka bisa berlarian bersama di surga.

Untuk Kimmy, Pumpkin, dan Benny.
Dari Megan. Yang terbangun tengah malam untuk memberimu makan.

Tuesday, February 2, 2016

Hadiah Tuhan

Hari ke Tiga. Surat ke Dua.

Teruntuk : Joey, Bunga Krisan dan Hujan.

Hai. Apa kau baik-baik saja, Krisan? Krisan merupakan jenis bunga yang paling kusukai.
Krisan memancarkan energi yang merasuki diantara sel-sel kulitku, menjalar menuju nadi arteri, merayap diantara sel darahku, kemudian menuju hatiku.

Kemarin, Joey, kekasihku datang bersama air hujan yang membasahi kain pakaiannya, celana dan jaketnya. Seharusnya pakaian yang melekat di tubuhnya itu bisa menghangatkan dirinya, tetapi hujan ingin Joey belajar untuk merasakan menjadi seorang yang tahan akan udara dingin yang sebagian orang tidak menyukai dingin.

Kemarin, Joey datang membawakan diriku seikat bunga krisan kuning. Bunga krisan kuning itu memiliki arti kasih sayang. Joey membawakan seikat bunga berwarna kuning itu dihadapanku setelah melawan derasnya rintik hujan yang selalu jatuh dan jatuh.

Joey, terima kasih.
Aku sangat menyukai Dirimu, Bunga Krisan, dan Hujan.

Salam hangat,
Megan. Yang ingin menjadi api unggunmu disaat kau kedinginan.

Monday, February 1, 2016

Selamat datang, Februari.

Teruntuk : Februari.

Hai. Apa kabarmu, Februari?
Kurang lebih 365 hari lalu, ada lelaki yang datang dengan penuh kejutan di setiap lontaran kata-katanya.
Aku mencintai nya. Joey. Itulah namanya. Nama yang setiap kali aku mendengarnya hatiku selalu bergetar. Bergetar akan cinta.

Hari ini tepat setahun lalu aku menjadi kekasihnya. Tuhan selalu memberikan tujuan di setiap takdirnya. Tuhan ingin aku belajar akan setiap sifat manusia. Melalu dia. Joey.

Joey. Hari ini aku akan memberimu kejutan. Jangan pernah lelah mencintaiku, okay?

Dari Megan,
Yang selalu mencintaimu.