Saturday, June 18, 2016

Infus Pertama, Operasi Pertama.

Surakarta, 17 Mei 2016

Aku masih betul-betul ingat masa itu. Kira-kira jam setengah 6 aku dibangunkan oleh suara ibu. Hari ini aku harus bangun pagi. Bangun pagi di waktu liburan sekolah khusus untuk anak SMA yang baru saja lulus. Membosankan. Kemarin aku harus bangun pagi juga-- menjadi rutinitasku setiap 2 minggu sekali. Bertemu dengan dokter dan memeriksa sesuatu; sesuatu yang tidak beres di diriku.

Kemarin, aku sudah bertemu oleh dr. Issa-- Spesialis bedah yang berada disalah satu rumah sakit ternama di kotaku. Aku mengeluhkan benjolan yang kemarin sempat menunjukkan tanda-tanda akan sembuh tetapi kini malah kembali seperti semula. Keadaannya sama seperti sebelum diberi obat-obatan.


"Yah, ini harus diambil, Bu. Kalau mau operasi, besok pagi ibu cari kamar, kalau ada, besok langsung operasi."

 

Begitu kata dr. Issa setelah memeriksaku untuk ke sekian kali. Serasa ada setruman listrik menggetarkan jantungku. Aku merasa takut sekali. Operasi? Aku tidak pernah berpikir bila jadinya seperti ini. Memang tempo hari aku sudah akan di operasi. Namun, ternyata benjolan yang akan diangkat menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Aku akan di operasi. Secepatnya.

Itulah sebab mengapa aku harus bangun pagi hari ini. Ibu bilang Ia akan ke rumah sakit untuk mencari kamar. Lalu jika ada kamar, aku akan di operasi hari ini juga. Setelah Ibu dan Bapak berangkat ke rumah sakit, tinggalah aku dirumah bersama bayang-bayang ruang operasi yang sering kulihat di film-film kebanyakan. Mungkin inilah jawaban atas segala doa yang aku panjatkan kepada-Nya. Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk menjawab doa hamba-Nya. Cepat atau lambat. Ya Tuhan... Telepon rumah berdering memecahkan lamunanku, pasti dari ibu. 
"Ayo ke rumah sakit sekarang, sudah ada kamar buat kamu." begitu kata diseberang sana.
"Lalu, aku kapan di operasi, bu? Hari ini?"
"Tentu saja.." Jawab ibu singkat.

***
Tibalah aku dirumah sakit yang akan merawatku beberapa hari ke depan. Aku melintas di depan IKB (Instalasi Kamar Bedah) yang mana akan menjadi tempat aku dioperasi hari ini. Dan jantungku berdegup kencang. Membayangkan betapa banyak jarum disana. Dari kecil memang aku punya rasa takut bila dihadapkan oleh jarum suntik. Ah! Sudahlah. Aku menemukan ibu sedang duduk didepan meja kasir rumah sakit.
"Mau Kemana? Ngapain bawa tas segala?" Goda ibu saat melihatku menghampirinya.
"Katanya mau di.... Operasi?"
Ibu hanya tersenyum. Mungkin dirinya sama deg-degan dengan diriku. Karena sebentar lagi kami tahu, apa sebenarnya benjolan sudah berada 2 bulan belakangan. Sebentar lagi.

 Kulangkahkan kaki bersama ibu yang membawa berkas-berkas ke ruang IGD. Entah apa yang akan ku lakukan disini. Aku melihat tempat tidur khas rumah sakit beserta gorden-gorden yang membatasi antar tempat tidur itu rapi sekali, tabung oksigen, dan beberapa suster ada disana. Ada orang yang tidur nyenyak disana. Bersama infus yang tertancap di punggung tangannya. Bergidik ngeri melihat jarum itu menancap disana. Setelah aku melakukan persiapan awal seperti menimbang bobot badanku, aku tercengang dengan bobotku yang sekarang. 42 Kg! Kurus sekali untuk anak yang doyan makan seperti aku ini. Lalu kemana saja makanan yang aku makan selama ini?
"Mbak, tidur disana dulu. Saya ambilkan infus." Aku berbaring pasrah di tempat tidur ini. Sebentar lagi aku bertemu mimpi burukku. Sebentar lagi ada jarum suntik yang menancap di tanganku. Ketika suster datang dan membawa sebuah kotak dari alumunium, tak bisa aku pungkiri. Aku takut... Perlu kau ketahui, selama aku hidup didunia ini, baru kali ini aku di infus.

"Jangan takut ya, kalau takut, nanti bikin pembuluh darahnya (entah nadi atau apa, aku lupa) mengecil trus malah susah pas jarumnya mau masuk. Jangan dilihat ya." Setelah suster berkata seperti itu, aku menangis tertahan.

Baru seperti ini saja, aku tidak kuat menahan sakitnya yang seperti...........


To be continued