Saturday, December 31, 2016

Kabisat


Hai Desember,
Apa kabar?
Akhirnya hari ini datang juga.
31 Desember datang dengan nostalgia setelah melalui 365 hari yang penuh dengan cerita-cerita yang berbeda.
31 Desember kembali setelah menunggu giliran dengan 365 hari lainnya ditahun 2016. Giliran untuk membawa kita membuat daftar resolusi baru untuk hari yang baru.
Sudah saatnya bagiku untuk menutup lembaran lama dan menatap ke depan. Ke hari-hari baru yang belum ku sentuh. Setelah menggoreskan gurat-gurat cerita di 2016 yang sempat menjadi cerita yang mengharu biru dan cerita tentang 2016 yang bahagia.
2016 yang penuh kehilangan.
2016 yang penuh kehadiran orang baru juga.
2016 yang menurutku kontras.
Kita hidup dengan kekontrasan yang diberi Tuhan. Selalu ada sinonim dibalik antonim. Selalu ada hitam dibalik putih. Hari ini banyak kenangan-kenangan yang mampir datang ke ingatanku. Ditambah hujan datang sebentar. Mengetuk-ngetuk pintu kenanganku. Banyak sekali hal yang ku lalui ditahun 2016 ini.

Mulai dari momen Graduation Ceremony ku yang menjadi tanda akhir dari masa SMA ku dan aku harus bersiap untuk pendidikan di universitas. Akhirnya seorang Megan mulai kuliah!
Kemudian aku harus dioperasi karena ada sesuatu yang tidak beres dengan diriku.
Ada juga kenangan yang akhirnya mempertemukanku dengan tempat yang tidak pernah ku kunjungi sebelumnya.
Lalu aku bisa mengikuti #30HariMenulisSuratCinta dan syukurlah, ada beberapa surat cintaku yang menjadi favorit mereka. 
Dari sekian banyak kenangan di 2016 ini, yang paling menyakitkan adalah momen kehilangan. Kehilangan yang membuatku meneteskan air mata seharian penuh.


Kehilangan mama. (Baca : kakak dari ibuku)
Kehilangan orang yang ku cintai. Semenjak aku mengangkat telepon dari bapak disuatu pagi pada bulan Agustus, hariku seketika berubah menjadi hari yang berduka. Kini mama sudah menempati rumah barunya di Surga. Bersama impian-impiannya yang terkubur selamanya. Begitu jauh jarak yang terbentang antara aku dan mama. Hanya doa-lah yang mampu menembus jarak yang begitu jauh. Bahkan sampai sekarang, jika aku teringat mama, air mataku menetes sendiri. Maafkan aku, Ma.

Lalu aku kehilangan sosok malaikat tanpa sayapku. (Baca : dia)
Untuk yang satu ini, mungkin aku masih bisa melihatnya. Dari kejauhan. Dari dunia maya. Di hari-hari terakhir 2016 ini, sesungguhnya aku sangatlah merindukannya. Merindukan keberadaan dia yang biasanya disampingku. Biasanya. Kali ini keadaan bukanlah sekedar biasanya. Kadang hidup kita dipenuhi dengan keadaan yang kita nilai biasanya. Kemudian biasanya itu mampu menjadi momen yang selamanya. Sayangnya, dia belum bisa menjadi selamanya untukku. Tapi, dia mampu menjadi selamanya dikenanganku. Abadi.
Aku tahu, aku tidak pantas merindukanmu. Lalu salahkah aku jika aku merindukanmu? Sudahlah, kau sudah menentukan pilihanmu. Begitu pula aku.


Lalu, dibalik kehilangan orang-orang yang berpengaruh bagi hidupku, aku juga menemukan keluarga baru yang bisa menambah daftar orang-orang yang ku cintai. Kau tahu siapa mereka? Teman sekelasku di universitas. Jadi, aku berpikir bahwa dibalik sebuah kehilangan pasti ada pertemuan baru. Yang sekaligus mampu menjadi pelipur lara.
Tahun ini adalah Tahun Kabisat. Tahun yang istimewa bagi Februari karena harinya diperpanjang satu hari. Dan itulah kesempatan untuk berulang tahun bagi mereka yang lahir di 29 Februari. Selamat menunggu 4 tahun lagi! :)
Dihari terakhir 2016 ini, aku ingin berterima kasih kepada 2016. Kau merupakan pintu bagiku untuk menemukan dunia yang baru. Sekaligus menjadi pembentuk impianku untuk hari-hari yang siap ku jelajahi. Sesungguhnya berat rasanya harus berpaling dari 2016. Begitu indah bagiku. Penuh senyum dan kesedihan di 2016.

Terima kasih atas segala kejadian indah yang jika aku mengingatnya, aku bisa tersenyum. Bahkan membuatku tertawa.
Terima kasih juga atas momen kehilanganku yang membuatku mampu terpukul. Tapi bisa membuatku berdebat dengan hatiku tentang apa itu arti sabar.


Terima kasih, 2016. Selamat Tinggal.

Buat 2016,
-M