Sunday, December 6, 2015

Jangan Menghilang.

Hari Pertama. Surat Pertama.

Hai Desember.
Anak kedua belas dari dua belas bersaudara. Kemarin, kakakmu, November membawakan cerita yang mengharu biru untukku. Ternyata, kau juga membawakan cerita itu lagi, Desember. Cerita yang amatlah aku tak ingin mengingatnya.

Tetapi hal itu terjadi lagi..
Kau mulai beranjak pergi dari kisah cinta semusim yang kita buat bersama.

Ingatkah engkau pada belasan kilometer yang kita tempuh bersama?
Ingatkah kau pada kata-kata manis yang kau lontarkan untuk meluluhkan hatiku?
Lalu bagaimana dengan rencana indah yang kita impikan untuk Februari tahun depan?
Lalu bagaimana dengan janjiku yang belum ku tepati?

Janji membawamu ke Kota Pelajar dengan kereta api.
Keinginan kecilmu; ya, naik kereta api.
Izinkan aku untuk melihatmu bahagia karena aku bisa membantumu mewujudkan mimpi kecilmu itu.
Aku ingin menjadi obat ketika kau sakit.
Aku ingin menjadi kenangan terindahmu.
Aku ingin menjadi rumah disaat kau ingin pulang.
Kau layaknya burung yang sedang terbang mencari sangkar terbaik untuk meletakkan sayapmu setelah lelah terbang kesana kemari.
Ketahuilah Jo, Aku sangat mencintaimu.

Memang semua ini salahku. Salahku. 

Maafkan aku,

Mungkin saat ini kau tak ingin kembali. Tapi, tenanglah..
Rengkuhanku selalu hangat untukmu.
Pelukanku tak pernah berubah sejak pertama kali kau memelukku di depan rumah.
Mataku tak pernah terpejam apabila kau ingin berkaca.
Dan diriku tak pernah beranjak dari tempatku bertahan. 

Percayalah. Aku selalu ada disini. Maafkan aku, Jo.
Kumohon, jangan pergi.

Untuk Joey Anung,
Laki-laki yang bersiap untuk pergi.

Tuesday, November 24, 2015

(Bukan) Saatnya untuk Berhenti.

Hari Kedua. Surat Kedua.

Teruntuk : yang selalu aku cintai. Selalu.

 Mengapa November selalu membawa cerita tak terduga?
Cerita cinta yang selalu membawa bulir-bulir airmata kesedihan.
Cerita yang datang bersama dinginnya hujan saat senja tiba.

"Aku sudah tidak bisa menahan ini semua." Hatiku seketika rapuh ketika kau mengatakan itu, "Tolong jangan tanyakan kepadaku apa alasan aku melakukan ini semua."

Cinta tumbuh begitu saja saat aku melihatmu. Di malam itu. Malam pergantian tahun.
2 musim sudah yang kulewati bersamamu;
Dinginnya hujan di sore hari dan kita menikmati secangkir kopi hangat dipinggir jalan.
Panasnya terik sang surya menghajar kulit kita kemudian berhenti disalah satu warteg hanya untuk memesan es teh.

Semua kenangan itu. Dingin malam itu. Terik siang itu. Sembilan bulan itu.
Kini biarlah menjadi ingatan. Ingatan yang akan menjadi mimpi di malamku.

biarlah itu mengalir. Karena cintaku; akan tertuju terus kepadamu. Cinta datang memang (terkadang) menyakitkan.

Dari Megan,
Yang (sesungguhnya) tak ingin kau pergi.

Monday, November 23, 2015

Merindu

Hari Pertama. Surat Pertama.

Teruntuk : Kau. Orang yang Kini semakin Menjauh.

Hai. Apa kabarmu, sayang? Masih pantaskah aku memanggilmu sayang?
November ini begitu banyak air mataku yang mengalir begitu saja. salahkah? Hari demi hari di November aku lewati tanpa adanya dirimu, sayang.

Sejujurnya aku tak tahu, harus memanggilmu dengan sebutan apa. Lidahku begitu kaku memanggil namamu, karena... aku tidak terbiasa kehilangan kamu. Kamu.
Entahlah apa yang terjadi di dalam gejolak emosimu sekarang.

Semenjak perdebatan hebat kemarin,
Semenjak aku tahu ada nama lain di layar telpon genggammu,
Semenjak itulah. Aku merasa diriku dikuasai oleh kesedihanku yang mendalam.
menghunus semua harapan dan mimpi yang kumiliki untuk mu.

Aku rindu padamu. Hanya itu


Dari Megan,
Perempuan yang menginginkanmu kembali.

Wednesday, October 28, 2015

Kembali Datang Kembali

Hari ke-0; Pertama dari yang Pertama.

Teruntuk : Anak ke-10 dari 12 bersaudara

Hai Oktober. Seberapa tebal debu yang bersarang pada dirimu? Ya, aku tahu. Aku sudah lama menghilang. Kini aku disibukkan dengan setumpuk rutinitas-anak-pelajar-kelas-tiga-SMA. Oleh karena itu, aku terkadang tak sempat menulis satu surat pun selama ini.

Oktober,
kurang lebih dua bulan lagi, tahun ini habis. Berganti tahun yang baru. Tetapi, belum tentu pikiranku ikut berganti seiring tahun baru datang dengan ceria.

Oktober,
Bulan ini seharusnya musim penghujan sudah mulai bergegas datang membawa hawa basah dan lembab. Tetapi hujan tak kunjung datang kemarin. Debu dan pasir ikut beterbangan manja bersama angin yang bertiup seakan ada hembusan namamu diantaranya.

Oktober,
Hah... Banyak sekali cerita tentang Oktober. Anak ke-10 dari 12 bersaudara.

Aku akan memulai menulis di Bulan November mendatang. Setidaknya, aku ingin sedikit lebih tenang setelah banyak guncangan yang terjadi di Oktober ini.

Maaf ya Oktober.

Dari Megan, yang airmatanya selalu menetes hari ini.

Tuesday, May 5, 2015

Keindahan Bali

Surat Khusus Perjalanan

Bali, 5 Mei 2015.

Hai! Kali ini aku sedang dalam perjalanan menuju tempat ternyaman selama aku mengikuti studytour; rumah makan.

Sejak pagi tadi, aku dan kawan-kawanku sudah check-out dari penginapan yang menjadi tempat melepas letih setelah seharian mengunjungi wisata di Pulau Dewata, Bali.

Mungkin aku bisa menceritakan semua yang ku alami setelah nanti sampai di Solo. Sampai jumpa.
Oiya, hari ini saat nya aku harus pulang meninggalkan Bali. Mungkinkah aku bisa kemari lagi?

Dari Megan,
yang sedang berada di Bali.

Sunday, May 3, 2015

Ke Bali

Surat Khusus Perjalanan

Hai Mei. Kini kau hadir kembali dengan awal yang begitu manis.
Hari ini aku pergi ke Pulau Dewata. Pulau yang sering jadi tempat tujuan para orang asing yang ingin tahu apa yang menjadi pulau itu begitu mengagumkan.

Perjalanan darat kuharap menjadi teman baik ku kali ini.
Menikmati jamuan pemandangan dari Tuhan disetiap kilometernya.
Kursi bus kuharap menjadi teman setia hingga nanti sampai di Bali.
Ocehan kawan yang berbicara masing-masing semoga menjadi alunan musik yang indah di perjalananku kali ini.

Sampai jumpa di Bali.
Dari Megan, yang duduk di pinggir kaca.

Tuesday, April 14, 2015

Jarak.

Hari ke Dua Puluh Enam. Surat ke Tujuh.

Teruntuk : Lelaki yang menyukai Jarak.

Ada saat dimana kau dan aku harus menjauh. Terhalang belasan kilometer di depan mata.
Ada kalanya aku harus membiarkanmu pulang. Meninggalkan rumahku yang teramat jauh dari kediamanmu.
Saat kau mulai menengok jam dinding yang menempel mesra dengan tembok bercat abu-abu.
"Aku mau ke kopdar dulu. Sudah terlalu malam. Lihat matamu, sudah ngantuk ya?" begitulah kalimat tanyamu yang khas ku dengar di setiap sabtu malam. Aku hanya mengangguk.
"Aku memang sudah ngantuk, tapi aku ingin kau disini lebih lama." jawabku.
"Jangan begitu. Besok aku datang lagi. Sekarang aku kopdaran dulu," Timpalnya seraya gelengan kepala. "nanti aku kabarin."
"Baiklah. Jangan pulang malam-malam."
"Aku mencintaimu." katanya. "Aku juga."
Berpelukanlah kami di dekat motor yang terparkir di depan gerbang rumahku. Lalu, dia mulai meninggalkan rumahku dengan kecepatan rendah. Memperlihatkan punggung lelaki yang proporsional. Aku tak segera masuk rumah, namun aku menunggunya hingga menghilang di belokan gang. Sesungguhnya, aku ingin menghabiskan malam bersamanya.

Jarak, andai saja kau bisa kutarik supaya mendekat kepadaku.
Aku ingin dia selalu berdekatan denganku.
Bisakah? Bila tak ada jarak, tak akan ada yang namanya perjalanan 'kan?
Namun, aku tahu Jarak adalah hal yang paling kau sukai, Joey.

Dari Megan, yang menyukai jarak juga. tapi tak seperti kau.

Sunday, April 12, 2015

Sudah Berumur 17 Tahun; sekarang.

Hari ke Dua Puluh Empat. Surat ke Enam.
Yang tercinta, 17 Tahun.
Selamat datang 17 Tahun. Sesungguhnya, aku ingin menulis surat kemarin, namun jemariku sudah terasa lelah karena membalas ucapan-selamat-ulang-tahun kepadaku. Maaf ya, aku tidak bisa mengirim surat tepat waktu. tetapi tak apa 'kan bila aku mengirim mu surat hari ini?
17 Tahun. Angka yang biasanya ditunggu-tunggu kebanyakan remaja; termasuk pula aku. Kali ini aku sangat bersyukur karena aku bisa bertemu dengan orang yang mencintaiku dan aku mencintai nya juga.
Air mataku tak bisa ku bendung lagi saat aku membaca harapan dari orang-orang disekitarku. Meneteslah air mataku bersama rasa syukur yang mengalir di antara partikel cair airmata. Sebenarnya aku merasa kehilangan juga. Mengapa nenek ku tak bisa melihatku yang kini sudah berusia yang seharusnya bisa memiliki KTP? Mungkin dia bisa menyaksikan kebahagiaanku dari Surga.
Tuhan, terimakasih karena Kau memberiku hidup yang begitu aku cintai. Aku tak akan pernah melewatkan 1 detik pun hidup yang telah Kau berikan.
Terimakasih karena telah mempertemukan aku dengan orang yang begitu menyayangiku.
Untuk Bapak, Ibu, Logan, dan Rama. Keluargaku yang terkadang penuh tawa.
Untuk Mama&Papa Igan, Roni, Indah, Iyek dan Martin. Keluarga terdekat setelah itu.
Untuk Joey Anung Aninditya. Kekasih romantis sekarang untuk selamanya.
Untuk Naafira. Pengucap ulang tahun pertama.
Untuk Faza, Fakhri, Mira, Troy. Orang asing yang terasa dekat.
Untuk Wiwik, Nafi, Natiqa, Novi, Devi, Dhilla, Pasya, Nabila, Dina, Adit, Jyesta, Rafi, Satrio.Teman gila yang pernah kumiliki.
Untuk Kania, Nana, Winy, Titah. Orang yang suka tertawa setiap harinya.
Untuk orang-orang yang memberiku ucapan. Terima kasih.
Terima kasih atas semua doa yang kalian berikan kepadaku. Semoga Tuhan mendengar doa kalian dan mengabulkannya. Seperti yang kalian tahu, Tuhan itu Maha Mendengar. :)
Selamat Ulang Tahun. Semoga kau bisa lebih baik.
Salam Hangat.
Dari Megan. Yang kemarin berumur 17 tahun.

Friday, April 10, 2015

Yang ke Tujuh Belas.

Hari ke Dua Puluh Dua. Surat ke Lima.

Teruntuk : 11 April; esok hari.

Hai 10 April, mungkin hari ini adalah saat yang kau tunggu-tunggu setelah menunggu dari awal Januari kemarin. Tahun ini merupakan tahun yang manis dalam hidupku. Karena tahun ini aku berulang tahun menjadi 17 tahun. Umur yang menurut orang-orang istimewa, mungkin sudah saatnya punya KTP.

Beberapa bulan yang lalu, aku pernah di beri tahu oleh kakak ibuku. Katanya, setiap hari ulang tahun ke 17, pasti harinya sama juga saat 17 tahun yang lalu. memang, aku lahir di hari sabtu. Dan besok saat aku berulang tahun yang ke 17, jatuh di hari yang sama saat aku lahir.

Tuhan, Terima kasih telah memberiku hidup hingga 17 tahun.
Tolong berikan yang terbaik bagiku.
Terima kasih telah mempertemukan aku dengan orang-orang yang aku cintai.


17 tahun, aku datang.
Dari Megan, yang kurang lebih 4 jam lagi berumur 17 tahun.

Monday, April 6, 2015

Penghujung Desember

Hari ke Delapan Belas. Surat ke Empat.

Teruntuk : Laki-laki yang kutemui di penghujung bulan Desember.

selamat malam April.
Mungkin kau tidak terlalu dekat dengan Desember. Desember adalah anak terakhir dari 12 bulan dalam 1 tahun. sedangkan kau (re : April) adalah ke 4. kau adalah kakak, April. Tapi, di tahun 2014 kemarin, tepatnya bulan Desember. Aku bertemu dengannya. Seseorang yang bagiku sangat asing.
Aku bertemu dengannya di sebuah malam yang dingin dan melelahkan.

Saat itu aku menjadi salah seorang panitia di acara sekolah. Anak sibuk. Anak malam. Begitu ungkapan yang sering ku dengar dari lontaran bibir Ibu tentang diriku di akhir tahun 2014. Tapi aku nekat saja, aku peduli dengan acara itu. bersama teman-teman, aku mengadakan diskusi di sekolahku hingga pukul 9 malam.

Ada seorang laki-laki yang tak kukenal. Baru kali ini aku bertemu.
Dibawah siraman lampu sekolah yang remang, aku menyapa : "Hai." yang kusapa hanya menjawab dengan senyuman tak jelas. Mungkin karena tak ada cahaya, aku tak bisa melihat senyumannya.

Joey. Itulah namanya. Nama yang asing bagiku. Aku tak pernah mengira bila ada seorang laki-laki yang bernama Joey. Namun, Tuhan membebaskan aku dari kebutaan sosial yang mengira tidak ada nama itu di seorang lelaki dengan cara yang manis; mempertemukan aku dengannya.
Kupikir aku menyukai nya sejak itu. sejak Desember.

Desember, mungkin kau adalah anak terakhir di 1 tahun. Tapi, kau membawakan sebuah cerita baru bagiku; perempuan yang tidak mengira ada seorang laki-laki yang bernama Joey.

Untuk Joey. Aku mencintaimu.

dari Megan,
perempuan yang terpaut jarak 30 km darimu.

Wednesday, April 1, 2015

Bulan ke Empat

 Hari ke Tiga Belas. Surat ke Tiga.

Teruntuk : April. Bulan ke Empat.

Hai. Aku kembali setelah hari-hari kemarin aku berkutat dengan lembaran tissue untuk memeras hidungku yang dipenuhi dengan cairan flu mengganggu.

Hari ini, April dimulai.

Kata mereka, April berasal dari kata aperire yang artinya membuka. Dalam istilah romawi, bulan April merupakan penghormatan yang ditujukan kepada Dewi Venus. Dewi venus?
Bulan ini, tepatnya hari ke-sebelas dari awalan bulan, genap sudah aku berumur umur-yang-sudah-harus-punya-KTP. 17 tahun. Aku sering kali mendengar kicauan orang-orang diluar sana tentang tradisi mempunyai acara hajatan besar; sweet seventeen party.
Selama ini aku hanya menjadi tamu yang datang, kemudian tanda tangan dengan 1 tanganku membawa kado spesial bagi si tuan rumah. Tak lupa bersolek anggun dengan balutan kain membungkus mahkota hitam yang terdiri dari helai-helai hitam (re : rambut)

Namun, aku tak perlu membuat hajat besar-besaran. bagiku, saat aku sudah berumur 17 tahun dan aku menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang sehari-hari kupanggil sayang. Hari ini, tanggal 1 untuk yang kedua. 2 bulan yang lalu, aku dan dia membuat sebuah ritual khas anak muda bila sudah mendekatkan diri satu sama lain.

kau tahu apa itu.

April, bawalah sesuatu yang manis.
Untuk aku yang akan berulang tahun 10 hari lagi.

Saturday, March 21, 2015

Diajeng.

Hari kedua. Surat kedua.

Untuk si Juru Bahasa Jawa.

Hai. Apa kabarmu setelah kita lama tak berkirim pesan singkat? Dulu, biasanya kau selalu menyapaku dengan sebutan orang Jawa yang asing bagiku. Namun, aku begitu bahagia karena kau memberiku sebutan itu.  
 
Diajeng. Berasal dari tata bahasa Jawa yang berarti Mbak. Sebelumnya aku tak tahu apa itu artinya. Tapi, kau dengan sabar mengajari aku; tentang apa itu Diajeng.
"Kalau kamu memanggil aku Diajeng, aku menjawabnya dengan apa?"
"Jawablah dengan sebutan Kang Mas." Jawabnya.

Kang Mas. Lucu juga bila ada sepasang kekasih yang memberi "panggilan kesayangan" Kang mas dan Diajeng. Tapi, dia 'kan hanya seorang temanku. Ingat, dia hanya temanku. Semenjak saat itu, aku selalu memanggilnya Kang Mas. Begitu pula dia, memanggilku dengan sebutan Diajeng.

Aku selalu merindukan itu. Bila sesuatu dirindukan oleh seseorang, maka sesuatu yang dia rindukan selama ini telah lenyap. Dan mungkin dia akan kembali, atau mungkin tak akan pernah kembali.
Selamanya.

Siapa lagi yang akan memanggilku Diajeng? Kalau bukan kau?
Aku (sebenarnya) merindukanmu.

salam,
Dari yang kau panggil Diajeng.

Friday, March 20, 2015

Jatuh. Cinta.

Hari pertama. Surat pertama

Teruntuk : 1 Agustus, 2 tahun yang lalu.

gemuruh lambung kosong karena tak diisi dari pagi seakan-akan lenyap dengan ledakan tawa khas anak kelas 1 SMA. Ini kenangan saat aku memulai perjalanan di jenjang yang ku dapat setelah melahap soal-soal Ujian Nasional. Ini bulan puasa. Kali ini teman sekelasku seperti sekumpulan lebah yang menyerbu sebuah rumah makan untuk berbuka puasa bersama. Dia juga datang.

Dia adalah temanku. Sebenarnya.
Setelah melahap habis hidangan yang kami pesan, meluncurlah aku dan teman-temanku ke sebuah stadion di tengah kota untuk menyulut kembang api. Lagi-lagi dia ikut.
Candaan khas anak-anak kemarin sore seperti menggelegar di antara partikel jalan raya. Kini aku berboncengan dengan dia. Serasa ada kehangatan menjulur dari tanganku yang memegangi jaketnya menuju ke hatiku. Hati; dimana cinta akan tumbuh begitu saja.

Aku benar-benar ingat saat kau (baca: dia) melarangku untuk berboncengan dengan teman laki-laki ku yang lain.
"Udah, sama aku aja."

Malam itu, awal Agustus yang manis.

Tuhan, apakah ini yang disebut cinta?
Apakah aku mencintai orang lain walaupun aku sudah memiliki hati yang lain?

Dosakah?

 Dari Megan,
yang selalu menunggu kesempatan datang untuk yang kedua kalinya.

Thursday, March 19, 2015

Memulai #30HariMenulisSuratCinta Sekarang.

Surakarta, 19 Maret 2015.

Hai.
 mungkin hari ini merupakan awal aku menulis lagi setelah jemariku tidak mengeluarkan kata-kata yang disalurkan otakku selama kurang lebih 2 tahun. Aku memulai menulis besok hari, mungkin hari ini hanya sekedar menu pembuka untuk menu suratku besok dan seterusnya. Semoga aku bisa mempertahankan bendungan air mata saat aku menulisnya. Mungkin, surat-suratku nanti berisi tentang helai demi helai cerita mengharu biru. Kalian bisa saja berpikir diriku hanya seorang gadis yang menulis ceritanya yang mungkin tak masuk akal. Tapi itu sesungguhnya ada.

Tuhan, berikan aku ide disetiap huruf yang membentuk untaian kalimat.
Tuhan, berikan aku keindahan di setiap untaian kalimat yang akan menggariskan sebuah surat cinta.
Tuhan, akankah Kau memberiku sebuah cerita cinta yang berakhir bahagia atau cerita cinta yang mengharu biru?


Tolong berikan yang terbaik.


Sampai jumpa besok. Malam.