Tuesday, January 24, 2017

Yang Datang Bersama Hujan

Hai, Januari. 
Bagaimana 24 harinya?
24 hari pertama untuk tahun ini telah bergulir.
24 hari baru bersama cerita yang berbeda setiap hari.
24 hari yang kupikir menjadi hari yang bisa ku sebut sebagai dongeng-- untuk siapapun yang mendengarnya.
Seperti biasa, hujan kerap datang bersama angin kencang menerpa di beberapa hari terakhir ini.
Temperatur yang cukup hangat sudah berkemas. Siap meninggalkan Januari untuk beberapa waktu. Menunggu.
Berkelana.
Hingga saat yang tepat untuk kembali.
Kembali kepada bulan-bulan selanjutnya ketika kemarau tiba. Sudah waktunya aku mencuci semua baju hangatku untuk amunisi melawan udara dingin saat berkendara di luar sana. Membelah partikel dingin di jalanan bersama baju hangat kesukaanku.
Aku yang menyukai dingin pun, sesekali aku tak menyukainya juga.
Terkadang aku terbangun dari lelap malamku yang indah dengan kedinginan menyelimuti sekujur kakiku. Hawa dingin bulan Januari ini adalah alasan mengapa aku harus menarik selimut saat pagiku sudah berpukul 6. Ditambah lagi, liburan semester ini sudah tiba. Yah, waktu yang harus kunikmati untuk sekedar bermalas-malasan, membalas dendam untuk setiap mandi pagi saat akan berangkat kuliah jam pertama dan rasa kantuk saat kuliah berlangsung. Hariku berubah sekarang. Semuanya berubah. Juga pandangan mataku terhadapmu.

Dingin membawaku kepada sebuah rasa yang tak bisa ku tulis.
Dingin membawaku kepada sebuah luka yang sudah ku pendam dalam-dalam kembali terkuak.
Dingin membawaku kepada sebuah sendu yang ku buat sendiri.
Aku tahu. Tak selamanya yang kusukai itu akan membawakan indah kepadaku. Aku bukanlah orang yang andal untuk menilai hidup ini seperti apa, tapi ada beberapa kepastian yang ku tahu tentang hidup. Hidup pasti tak selamanya berisi tentang apa yang kau suka. Hidup yang penuh cinta pun mampu diubah menjadi hidup yang penuh nelangsa. Aku tahu. Aku tahu itu.
Kadang cinta membuatmu berada di sebuah ruang imajiner yang dibuat oleh sekumpulan sel-sel otakmu.
Sedangkan nelangsa bisa membuatmu ingin membenturkan harapanmu sekeras-kerasnya untuk bisa menghentikan segala harapan semu.
Lalu, apakah kau siap dengan cerita-cerita yang akan dibawakan esok hari?
Kurasa, kau harus siap. Begitu pula aku.

Jika hari-harimu ini sering hujan.
Maka, sudah pasti jika hujan akan membuat cerita baru untukmu. Karena, pada dasarnya setiap hari yang baru juga akan membawakan cerita yang baru.
Hari-hariku sering diisi oleh setumpuk kenangan yang ingin ku masukkan ke dalam memori kecilku. Kemudian ku simpan rapat-rapat. Di tempat yang sulit ku jangkau. Supaya disaat aku ingin mengingatnya, dibutuhkan sebuah rangkaian perjuangan yang harus ku lakukan.
Mengingatmu adalah sesuatu yang tidak ku sukai. Kau harus tahu itu.
Apakah dengan cara mengingatmu itu, akan membuat semua waktuku yang telah bergulir selama ratusan hari tanpamu akan menjadi indah? Sesak.
Hari-hari yang sering didatangi hujan ini, membawaku pada sebuah mimpi yang tak kukira sebelumnya. Aku bertemu denganmu disana. Di mimpiku.

Jadi, kau tahu bahwa apa yang mendatangiku dihari-hari penuh rintik hujan ini adalah Kau. 
Kau yang sempat menjadi seorang petualang untuk menemukan kebahagiaan baru diluar sana. 
Dan kemudian singgah di mimpi untuk melepas penat setelah mencari arah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Sudahkah kau terbangun dari mimpi?
Bangunlah.
Hujan akan segera datang.

Dari Megan,
Yang bermimpi. Semalam.