Tuesday, November 24, 2015

(Bukan) Saatnya untuk Berhenti.

Hari Kedua. Surat Kedua.

Teruntuk : yang selalu aku cintai. Selalu.

 Mengapa November selalu membawa cerita tak terduga?
Cerita cinta yang selalu membawa bulir-bulir airmata kesedihan.
Cerita yang datang bersama dinginnya hujan saat senja tiba.

"Aku sudah tidak bisa menahan ini semua." Hatiku seketika rapuh ketika kau mengatakan itu, "Tolong jangan tanyakan kepadaku apa alasan aku melakukan ini semua."

Cinta tumbuh begitu saja saat aku melihatmu. Di malam itu. Malam pergantian tahun.
2 musim sudah yang kulewati bersamamu;
Dinginnya hujan di sore hari dan kita menikmati secangkir kopi hangat dipinggir jalan.
Panasnya terik sang surya menghajar kulit kita kemudian berhenti disalah satu warteg hanya untuk memesan es teh.

Semua kenangan itu. Dingin malam itu. Terik siang itu. Sembilan bulan itu.
Kini biarlah menjadi ingatan. Ingatan yang akan menjadi mimpi di malamku.

biarlah itu mengalir. Karena cintaku; akan tertuju terus kepadamu. Cinta datang memang (terkadang) menyakitkan.

Dari Megan,
Yang (sesungguhnya) tak ingin kau pergi.

Monday, November 23, 2015

Merindu

Hari Pertama. Surat Pertama.

Teruntuk : Kau. Orang yang Kini semakin Menjauh.

Hai. Apa kabarmu, sayang? Masih pantaskah aku memanggilmu sayang?
November ini begitu banyak air mataku yang mengalir begitu saja. salahkah? Hari demi hari di November aku lewati tanpa adanya dirimu, sayang.

Sejujurnya aku tak tahu, harus memanggilmu dengan sebutan apa. Lidahku begitu kaku memanggil namamu, karena... aku tidak terbiasa kehilangan kamu. Kamu.
Entahlah apa yang terjadi di dalam gejolak emosimu sekarang.

Semenjak perdebatan hebat kemarin,
Semenjak aku tahu ada nama lain di layar telpon genggammu,
Semenjak itulah. Aku merasa diriku dikuasai oleh kesedihanku yang mendalam.
menghunus semua harapan dan mimpi yang kumiliki untuk mu.

Aku rindu padamu. Hanya itu


Dari Megan,
Perempuan yang menginginkanmu kembali.