Saturday, February 11, 2017

Surat untuk yang Saling Menguatkan

Hari ke Empat. Surat ke Tiga.

Maaf, aku tidak menulis surat kemarin. Aku terguncang. Sedikit. Sekali lagi, maaf, ya.

Teruntuk : Tiga remaja perempuan yang mampu menguatkanku

Hai Wiwik,
Hai Dina,
Hai Nafi,
Apa kabar, kalian semua? Aku senang kau membaca surat cintaku hari ini. Hari ini aku memutuskan menuliskan surat cinta untuk kalian bertiga. Yah, memang kalian adalah beberapa gadis yang ku temui di masa ketika sekolah menengah dimulai. Kau tahu? Pertemanan kita sudah terbilang cukup tua, 6 tahun terhitung sejak 2010. Untuk tahun ini, pertemanan kita masuk ke 7 tahun lamanya. Mari kita mengibaratkan pertemanan kita seperti halnya pertumbuhan seorang anak. Di umurnya yang menginjak 7 tahun, seorang anak sudah bisa duduk di bangku sekolah. Hey, selama itukah kita bersahabat?

Bagiku kata sahabat tak cukup mencerminkan bagaimana kita. Kita adalah mereka, orang yang layak disebut penjaga dua puluh lima jam. Karena dua puluh empat jam saja tak cukup. Banyak waktu yang telah kita telan bersama. Yang kemudian kenangannya ditumpuk pada suatu sudut tersendiri di memori masing-masing.
Dan kalian tahu tentangku, segalanya tentangku. Bahwa cinta membawakan kebahagiaan untukku. Bahwa sebuah pengkhianatan bisa meluluh-lantakkan hari-hari bahagiaku. Hidup kadang dipenuhi cerita yang mengharu biru.

Ingatkah kalian pada Juli tahun lalu? Disaat tawa bahagiaku lenyap karena sebuah cerita pengkhianatan yang dibawakan oleh orang yang tak ku sangka akan memberikan goresan tinta pahit di hari-hariku tahun kemarin. Kalian melihatnya. Menyaksikan semuanya. Kalian selalu ada disana. Untuk aku, orang yang diruntuhkan kepercayaannya. Kalian jugalah yang menjadi saksi hidup betapa bahagianya aku ketika melangkah diantara batang pohon-pohon pinus yang kokoh. Kalian pula yang menjadi penonton saat aku menangis sekuat tenagaku hingga kehabisan napas, saat aku berubah menjadi Megan yang mandiri. Aku mengingat segala kebersamaan kita kala itu. Setiap hari kalian menghiasi hari-hariku yang baru. Hariku tanpa ada sapaan pagi dan senja dari bibir manisnya. Kalian memang memberiku sesuatu yang tak dapat digantikan; sang waktu.

Kalian adalah mereka yang memiliki cerita cinta yang berbeda satu sama lain. Jangan samakan cerita cinta kita, sayang.
Wiwik dengan cerita cintanya yang dipenuhi gengsi. Lengkap dengan rasa kecurigaan, tanda tanya besar selalu memenuhi kepalamu, Wik.
Dina dengan cerita cintanya yang tidak pasti. Segala bentuk kesabaran dilakukannya untuk memperjuangkan cintanya.
Nafi yang akhirnya menemukan pelabuhannya setelah penantian selama masa SMA.
Kita punya cerita. Kita punya cinta yang berbeda. Mengertilah, sayang. Mengertilah. Aku juga punya ceritaku sendiri. Setiap cerita yang memiliki pemeran yang berbeda. Lalu, bagaimana dengan kelanjutan cerita cinta kalian? Bahagiakah? Atau malah sebaliknya?

Sudah cukup. Aku tak ingin mendengar cerita cinta yang konyol dari rentetan dongeng tentang cintamu, kawan. Tapi bagaimana? Haruskah aku menutup telinga akan ceritamu? Berpura-pura bahwa kalian baik-baik saja disaat kalian sesungguhnya sedang dilanda kepiluan? Aku bukan orang seperti itu! Sudah kucoba untuk berhenti mendengar segala keluh kesahmu. Tapi hati ini seakan tak ingin berpaling. Telingaku seakan tak ingin berhenti mencari-cari suaramu. Aku tak bisa menjauh dari kalian, sayang. Kalianlah orang pertama yang ku cari saat aku kehabisan daya untuk menghadapi dongeng senduku. Siapkah kalian untuk menjadi mereka yang ku cari?

Ku harap jawabannya adalah 'iya'.

Lewat surat tak berharga ini, aku ingin menuangkan keinginanku untuk kalian.
Untuk Wiwik, pergilah. Masih banyak jalan yang harus kau lalui. Tataplah hari-hari di depan matamu yang siap kau jelajahi. Temukan cinta yang baru. Carilah cinta yang bisa membuat hatimu diperlakukan layaknya putri di negeri dongeng. Temukan cintamu.
Untuk Dina, menetaplah. Tak lelahkah kau mencari cinta yang sempurna? Kesempurnaan itu harus kau buat. Bukan kau temukan. Buatlah rumah yang permanen. Tak goyah. Tak usang. Tak mudah dihancurkan. Komitmenmu harus sekuat namamu.
Untuk Nafi, berjanjilah. Aku sering mendengar kebahagiaan yang telah kau ukir bersama cintamu yang baru. Berjanjilah untuk selalu pulang ke rumahmu. Rumah yang telah kau bangun bersamanya. Kau sudah menemukan jalan pulangmu.

Lalu bagaimana denganku? Kita harus berjuang bersama. Menguatkan. Bukan saling melengkapi. Aku suka kita saat kita saling menguatkan. Menguatkan bagiku lebih dari sekedar melengkapi. Karena menguatkan lebih bisa membangun kepercayaan yang mengendur karena adanya pengkhianatan.
Ketahuilah, aku tak bisa melangkah menjauh darimu, Wik, Din, Naf. Sampai jumpa.

Temukan cintamu, sekarang atau tidak sama sekali.

Salam Sendu,
Dari Megan, yang suka menyendiri dikedai minuman untuk sekedar menulis surat cinta.

No comments:

Post a Comment