Wednesday, February 8, 2017

Ku Harap Kau Baik-Baik Saja

Hari ke Satu. Surat ke Satu.

Buat : Laki-laki yang kini menghilang sejak Expo UKM.

Hai.
Apa kabarmu?
Masihkah kau mengingatku seperti aku mengingatmu?
Bagaimana perkuliahanmu? Menyenangkan bukan? 
Berapa IPK yang kau raih disemester pertama ini?
Ku harap kau baik-baik saja.

Di hari-hariku yang baru ini, terkadang dirimu beserta senyumanmu melintas tanpa permisi dipikiranku. Aku tak tahu siapa gerangan dirimu. Dari mana kau berasalpun aku tak pernah tahu. Lalu, bagaimana kau bisa mengenali aku saat itu? Kau begitu asing bagiku, tapi tidak untuk senyumanmu.
Hingga masa perkuliahan semester pertama ini habis, aku tak pernah bertemu denganmu lagi. Sama sekali aku tak pernah melihatmu. Tak tahukah kau betapa aku ini masih mencarimu mati-matian? Bukannya merindukanmu, setidaknya jika kita bertemu, aku dapat mengetahui jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan yang meletup-letup dipikiranku. Tentangmu. Tentang senyuman itu.
Sudah lama sekali sejak kita bertemu ditahun lalu. Kemudian setelah pertemuan terakhir kita dihari yang melelahkan itu, kau seakan-akan terlelap diduniamu. Mungkin bagimu, aku juga seperti itu. Menghilang layaknya gas yang melayang-layang di sekitarmu. Tapi ingatan tentang momen yang sangat cepat itu melekat dipikiranku. Sulit ku tangkas, tak bisa ku hindarkan ingatan tentang dirimu.

Ku coba mengingat bagaimana kita bertemu. Hujan. Sesak serta suara bising sepeda motor yang pengendaranya ingin bergegas pulang.
Kau ada disana. Mataku menangkap sosokmu yang tak terlalu jauh dari tempatku.
Kau ada bersama teman-temanmu. Disana. Dekat sekali dengan tempatku berdiri. Lagi-lagi kau tersenyum kepadaku. Seakan-akan kau mengenalku. Akhirnya aku membalas senyumanmu. Aku mencoba mengingatmu lagi. Siapa dirimu sebenarnya? Mengapa aku merasa pernah mengenalmu?
Ah! Dasar pelupa.

Dirimu itu semu.
Aku sadar bahwa dirimu itu tak pantas untuk ku ingat, tapi pantas untuk ku cari.
Aku mengerti bahwa pertemuan kita yang tak sampai hitungan menit itu memang sebuah pertemuan yang tak pantas dijadikan sebuah kenangan.
Bagiku kenangan tak hanya persoalan waktu, namun bagaimana bekas yang ditorehkan oleh kenangan itu sendiri.

Semoga kau dan aku bisa bertemu di titik koordinat yang sama. Menatap dari jarak yang dekat. Bertukar senyum hingga pipi menjadi merah merona.
Pantaskah kini aku menulis surat cintaku untukmu?
Diantara kau dan aku, terbentang sebuah jarak yang buta. Yang tak tahu menahu kemana ujungnya pergi. Aku buta arah untuk mencarimu.
Ingat, Ingatlah aku.
Ku harap kau baik-baik saja. Bagaimanapun keadaanmu sekarang, aku akan tetap mencarimu.

Aku menunggu kesempatan untuk dapat menulis surat cinta kepada siapapun. Akhirnya, kini aku memiliki kesempatan untuk menulis surat cinta. Satu surat cintaku ini kutujukan padamu. Semoga kau membacanya. Semoga.

Sampai Jumpa lagi, laki-laki yang waktu itu memakai kemeja biru.

Dari Megan,
Yang waktu itu memakai rok kotak-kotak, berkerudung cream lengkap dengan jas almamater.
Yang waktu itu mengendarai sepeda motor hitam.

2 comments:

  1. A smile means a lot and leaves unforgetable memories . .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Yudha! Yeah I think his smile will be my unforgotable thing, untill i meet him.

      Delete