Tuesday, October 4, 2016

Tentang Senja, Genggaman Tangan, dan Sedikit Hujan.

Buat : yang Tercinta, Rizky Ov dan Dwi Astuti.


Di suatu pagi Bulan Desember yang sedikit berawan, aku dan beberapa siswa sekolahku sedang berlatih sebuah persembahan panitia acara sekolah yang akan kami tampilkan saat final nanti. Saat itu mungkin adalah saat terbaik untuk berlibur, menghabiskan waktu untuk tidur seharian, atau bahkan menghabiskan waktumu yang berharga bersama orang yang istimewa--orang yang kau cintai. Tapi, bagi orang sepertiku, akhir tahun ini menjadi hari-hari tersibukku. Kupikir akhir tahun ini akan menjadi sebuah sederet kisah tak terlupakan bagiku. Bahagia? Sudah pasti.
"Akhirnya aku menerima dia jadi pacarku!" Ujar Wiwik seraya memelukku. Kubalas pelukannya dengan sepaket jeritan dan loncatan bahagia.
"Akhirnya kau tidak jomblo lagi. Langgeng, Wik!"

                                  ***

Hampir 2 tahun terlampai sejak suatu pagi dipenghujung tahun 2014 yang penuh cerita bahagia. Cerita tentang sebuah cinta yang baru. Cerita yang menjadi alasan mengapa setiap orang yang mendengar ceritanya spontan mengucap selamat kepada yang bercerita. Semua orang tersenyum bahagia saat itu. Termasuk juga aku. Aku tersenyum setiap kali melihat Wiwik selalu mengetik sesuatu diponselnya dan kemudian mengirimkannya kepada seseorang yang baru saja menjadi sandarannya. Diantara dinginnya udara Desember, ada sebuah cinta yang sudah siap menghangatkan. Tapi, perlu kau ketahui, bahwa kini keadaan bukan lagi seperti 2 tahun yang lalu. Waktu telah membawa kita pada sebuah perubahan.

Banyak masalah datang silih berganti. Pertengkaran menjadi hal yang biasa. Kata pergi menjadi sebuah kata yang tak tabu untuk diucapkan. Tetapi ketauhilah, sebuah kepergian bukanlah keputusan yang baik. Karena kepergian akan selalu meninggalkan sebuah luka bagi yang ditinggalkan. Dan sebuah rasa penyesalan akan terbesit dihati orang yang pergi-- yang meninggalkan. Semua orang akan merasa puas ketika dirinya mampu meninggalkan orang yang dinilainya memiliki kesalahan fatal. Tetapi setelah itu, rasa penyesalan akan datang. Cepat atau lambat. Penyesalan tidak pernah salah arah. Setiap individu memiliki pilihan. Pilihan untuk tetap bersama ataupun pilihan untuk pergi. Jika kau memilih sengaja pergi untuk kembali, yakinlah bahwa kepergian sementaramu itu tidak membuktikan apapun. Apa kau pikir menjadi orang yang ditinggalkan adalah suatu hal yang mudah? Tidak menurutku.

                                  ***

Menggenggamlah dengan penuh kerinduan.
Berpelukanlah dengan segala rasa ketakutanmu.
Bertatapanlah agar kau tahu bagaimana rasanya melihat bayangan dirimu dikilau matanya.
Berdekatanlah selalu agar kau tahu arah kemana kau harus pulang.

Rumah tak perlu selalu mewah.
Rumah tak harus berlantai keramik-keramik berkilauan bak permata.
Rumah adalah disaat kau dan aku bersama.
Dalam kenyamanan seirama yang kita ciptakan.
Bukan hanya sekedar metamorfosa.

Rumah adalah saat kita menikmati senja bersama 2 cangkir teh yang kubuat untuk kita berdua.
Meresapi keromantisan dibawah senja yang temaram.
Berangan-angan tentang sebuah impian belaka.
Atau sebuah cinta yang akan menjadi selamanya.
Semua orang berhak mempunyai angan.
Kau dan aku juga bisa berandai-andai tentang sesuatu yang kita anggap gila.

Rumah adalah ketika kita berteduh dari kejamnya hujan yang membasahi tubuh kita.
Berlari ke tempat yang bisa memberi kita sebuah sekejap perlindungan.
Sembari menunggu air hujan tak lagi deras,
Kita bercerita.
Bertukar ego kita berdua.
Berbagi wawasan tentang hujan.
Atau sekedar bercerita tentang rencana akan membawa jas hujan sebelum berangkat.
Atau malah ketika kau memberikan jaketmu kepadaku,
Dan kau bilang, "kamu saja yang pakai, biar kamu nggak kedinginan."
Padahal aku tahu,
Kau juga kedinginan.


Jagalah cintamu selagi bisa. Selagi hujan masih sering turun mengguyur Kota Solo diawal Oktober ini. Saat matahari masih suka menengok kita saat waktu siang datang. Saat kau masih bisa menggenggam tangannya untuk kesekian kalinya. Biarkan cinta membawamu kepada arah yang tepat. Arah menuju rumah yang bisa membuatmu paham akan sesuatu yang membahagiakan-- cinta. Keberhasilan untuk pergi menjauh tak membuktikan siapapun untuk menjadi pemenang.
Pemenang ialah mereka yang mampu bertahan dalam setiap keadaan. Entah mampu bertahan untuk membendung kesedihannya atau malah mampu untuk mempertahankan sebuah kebahagiaan agar menjadi selamanya.
Pemenang ialah mereka yang selalu berpikir baik. Tidak memandang segalanya dari sudut keburukan.
Pemenang ialah mereka yang saling menguatkan. Bukan hanya saling melengkapi.

Solo, 4 Oktober 2016.

Salam Hangat,
Megan. Yang beberapa hari ini sering bertemu rintik hujan.

No comments:

Post a Comment